Senin, 24 Mei 2010

Rasanya rame

Senin, 24 Mei 2010
Sebelumnya mohon maaf karena aku tidak pandai bercerita, sehingga aku menulis apa adanya. Semoga editor dapat mengeditnya menjadi tulisan yang enak dibaca.

Mungkin memang harus kuakhiri petualanganku ini, mengingat sudah 16 wanita yang pernah tidur denganku walaupun tidak semuanya kulalui dengan ML. Tetapi paling tidak aku melakukan oral atau petting dengan mereka. Boleh percaya boleh tidak, aku bercinta dengan mereka tanpa harus mengeluarkan uang sepeserpun karena atas dasar suka sama, having seks just for fun. Tetapi siapa tau akan ada yang ke-17 atau bahkan mungkin justru akan makin menambah daftar petualanganku? Entahlah, tapi melalui tulisan ini aku ingin menceritakan pengalamanku tersebut sekaligus tanpa harus bersambung dan tidak perlu aku ceritakan detail bagaimana kejadiannya.

Sebelumnya, namaku Pujangga, saat kutulis pengalamanku ini berumur 29 tahun dan telah memiliki seorang istri yang cantik. Tetapi pengalamanku ini berawal sebelum aku menikah dan terus berlanjut walaupun aku sudah menikah.

Santi, umur 25 tahun, karyawan sebuah hotel di kota Mdn, tubuhnya biasa saja, tinggi kira-kira 155 cm, kulit coklat sawo matang, rambut lurus sebahu. Payudara 32 cup B. Dengan Santi adalah pengalaman seksku pertama kalinya selain dengan pacarku juga (yang kelak menjadi istriku). Berawal ketika dengan sopannya Santi menawarkan "teman" untukku, dengan bercanda aku balik menantangnya bahwa aku mau saja jika yang menemaniku adalah Santi sendiri. Dan tanpa diduga dia menyanggupi. Hebatnya lagi kami berhubungan seks atas dasar suka sama suka tanpa paksaan dan tanpa komitmen apapun. Malam itu kami lalui dengan nafsu yang berkobar, meskipun itu adalah pengalamanku pertama tetapi tidak demikian halnya dengan Santi. Aku tahu bahwa Santi sudah tidak perawan dan sepertinya sudah berpengalaman. Tetapi hal itu cukup buatku dan aku sangat puas dengan pelayanannya, walaupun gaya bercinta kami sangat konvensional. Maklumlah hal ini sangat baru buatku.

Saat itu, aku belum berani melakukan oral, petting dan berbagai gaya mengingat dengan Santi adalah pengalamanku pertama. Namun demikian kemampuan Santi lumayan, dengan rambut kemaluan yang lebat, vaginanya yang mudah basah meskipun sudah tidak terlalu rapat lagi.

Dian, 27 tahun adalah teman Santi. Aku diberitahu oleh Santi bahwa Dian juga sama dengan Santi yaitu sudah tidak perawan. Aku sempat terkejut ketika Santi menawarkan Dian untuk melayaniku. Tetapi karena semuanya atas dasar suka sama suka, akhirnya kami bercinta bertiga, aku, Santi dan Dian. Permainan Dian lebih hot dibandingkan Santi, walaupun dari segi wajah sebenarnya masih cantik Santi. Dengan Dian aku mengenal permainan oral, Dian sangat lihai memainkan lidahnya di ujung penisku. Dengan Dian pula, aku merasakan nikmatnya spermaku dikeluarkan di mulut Dian.

Pengalamanku dengan Santi dan Dian tidak pernah terulang lagi sejak tahun 2000. Saat itu aku belum menikah. Dan ketika aku kembali ke Mdn, aku tidak berhasil menemukan dimana mereka berada.

Rinda, 19 tahun mahasiswi semester dua. Aku kenal Rinda melalui sebuah forum seks di internet. Awalnya aku hanya iseng ketika ingin mengusir rasa sepi saat bertugas di kota Sby. Ketika kuberi kabar bahwa saat itu aku berada di sebuah hotel di Sby, aku janjian dengannya.

Tubuhnya mungil sekitar 150 cm, manis dan imut-imut, kuning bersih. Selama di kota tersebut aku selalu ditemani Rinda dan setiap malam kami berhubungan seks. Yang kusuka dari Rinda adalah rambut kemaluannya yang masih tipis dan sangat halus. Lubang vaginanya pun masih sempit. Bahkan pertama kali penisku masuk, aku belum berhasil menembusnya hingga penuh, walaupun Rinda juga sudah tidak perawan sejak SMA dulu. Dan dia paling jago ketika bermain di atas, aku hanya pasrah saja, sementara Rinda aktif menggoyang pinggulnya. Naik turun sambil menjepit kedua belah pahanya yang putih mulus. Kelebihan yang lain adalah, Rinda mahir untuk multiple orgasm.

Yeni, meskipun sudah berumur 31 tahun, tapi masih single. Ini adalah pertama kalinya aku berhubungan seks dengan wanita yang lebih tua dibanding aku. Dan dengan Yeni pula pertama kali aku berhubungan seks dengan wanita yang bertubuh gemuk. Dengan tinggi 165 cm dan berat 80 kg, Yeni mengenalku melalui situs 17thn.

Kelebihan Yeni adalah kekuatannya di ranjang. Dia type wanita yang *********. Setiap kali melakukan ML, selalu dilakukannya semalam suntuk, hingga lebih dari 7 ronde. Meskipun aku lebih sering kalah dengan Yeni, tetapi dia tahu caranya agar penisku segera berdiri kembali setelah ejakulasi. Meskipun tubuhnya gemuk, kuakui dia sangat hot dan lebih senang posisi di atas. Kadang kala aku sampai sesak napas dibuatnya. Pengalamanku dengan Yeni menimbulkan perasaan ingin berhubungan dengan wanita yang jauh lebih tua dibanding aku. Maka, bertemulah aku dengan Intan. Seorang wanita berumur 43 tahun dan telah bersuami.

Pengalamanku dengan Intan merupakan pengalaman yang paling berkesan hingga saat ini. Intan keturunan chinese. Meskipun sudah berumur, tetapi dia pandai merawat tubuh dengan fitness. Bahkan bodynya tidak kalah dengan wanita usia 20-an. Wajahnya cantik, tubuhnya langsing, padat berisi dan tidak ada keriput karena usia. Kulitnya kuning langsat, mulus dan bersih. Dengan Intan, aku untuk pertama kalinya bercinta bertiga dengan suaminya dalam satu ranjang. Aku mengenal Intan juga melalui internet. Intan merupakan wanita hiper seks yang ingin bercinta denganku sambil ditemani suaminya.

Tanpa kuduga, kemampuan seksnya luar biasa, semalam suntuk dia mampu melayaniku dan suaminya silih berganti tanpa mengenal lelah. Dan dari Intan kuketahui bahwa cewek chinese memang mudah basah kemaluannya ketika terangsang. Dan cairannya sangat banyak hingga vaginanya terasa sangat licin. Namun demikian, Intan sangat rajin merawat vaginanya. Meskipun sudah tua, lubang vaginanya masih juga terasa sempit dan mampu menyedot penisku dengan gerakan otot vaginanya. Rambut kemaluannya sangat lebat dan vaginanya harum. Dengan Intan aku dikenalkannya dengan berbagai posisi bercinta, dan aku mulai mahir bermain oral di vagina wanita hingga berjam-jam serta memainkan jari-jariku di clitoris dan bibir vaginanya.

Ratna, gadis 32 tahun asal Sby. Saat mengenalnya, aku sudah menikah. Dan perkenalanku juga melalui sebuah forum pertemanan di internet. Ratna berperawakan kecil, kurus, kulit coklat matang. Meskipun kurus, tetapi payudaranya padat berisi walaupun tidak besar. Dan rambut vaginanya sangat lebat. Dengan Ratna, aku hanya sebatas petting, tetapi berbekal pengalaman dengan Intan, Ratna aku ajarkan bagaimana mengulum penisku. Mulanya dia ragu dan canggung, tetapi lama-lama terbiasa. Aku tidak berniat meneruskannya hingga ML, karena aku tahu dari awal bahwa Ratna masih perawan dan belum pernah having sex. Karenanya, aku hanya saling oral dan petting saja. Itupun adalah pengalaman yang pertama baginya. Dan Ratna sangat menikmatinya dan dapat mengalami orgasme walaupun hanya kukulum dan menggesek-gesek penisku di vaginanya. Saat kutulis cerita ini, kabar terakhir mengatakan bahwa dia sudah menikah, dan berjanji untuk ML denganku jika aku mampir ke Sby.

Lena, seorang cewek chinese berumur 21 tahun. Saat aku mengenalnya, dia masih perawan, hanya saja sudah pernah oral seks dengan pacarnya. Awalnya Lena yang lebih dulu mengenalku melalui situs porno. Dia tertarik dengan ceritaku dan ingin mencoba oral dan mengulum penisku. Lena adalah gadis paling gemuk yang pernah berhubungan denganku walaupun hanya sebatas petting karena dia masih perawan. Seperti halnya Intan, vaginanya mudah basah dan becek. Sedikit saja kusentuh langsung bereaksi dan terangsang hingga cairan vaginanya keluar sangat banyak, meskipun rambut kemaluannya masih tipis karena rajin dicukur.

Hilda, 26 tahun dari Krg, dia mengenalku karena aku pernah mengirimkan cerita ke 17thn dan sekali lagi juga tertarik untuk berhubungan seks denganku. Bedanya dengan cewek lain yang pernah kukenal, Hilda bukan type *********, tetapi selama berhubungan seks dengan pacarnya dia belum pernah orgasme. Karena itu Hilda penasaran agar aku dapat membuatnya orgasme. Tubuhnya padat dan sintal jika tidak dikatakan gemuk. Permainan seksnya biasa saja sebenarnya, tetapi dia sangat kuat dan tahan lama. Karenanya dia penasaran ingin merasakan orgasme. Awalnya aku cukup kerepotan memberikan rangsangan untuknya. Dengan Hilda adalah permainanku yang paling lama dalam satu ronde. Pernah setelah satu jam lebih baru dia mendapatkan orgasme. Itupun setelah aku membantunya dengan mengulum vaginanya berkali-kali.

Marni, 27 tahun adalah teman Hilda, aku dikenalkannya pada saat ke Jkt. Karena kemalaman, kami akhirnya menginap di sebuah hotel. Dan dengan Marni meskipun sudah tidak perawan, aku tidak sampai ML dengannya. Kami hanya sebatas bercumbu tanpa busana di kamar mandi. Sepertinya dia masih malu karena ada Hilda.

Esti, 29 tahun dari Jkt, tubuhnya sangat langsing dan payudaranya kecil, kulitnya coklat gelap. Tetapi ada satu hal yang tidak dapat kulupakan dari Esti. Dia termasuk cewek yang paling lama menjalin hubungan denganku dan yang paling spesial adalah, lubang vaginanya paling seksi dan paling rapat. Meskipun dia sudah tidak perawan, tetapi vaginanya indah dan rapat sekali, butuh waktu sesaat untuk menembus vaginanya saat berhubungan. Dan permainan seksnya luar biasa. Dia paling senang dengan posisi di atas. Goyangan pinggulnya menambah erotis permainannya.
Aku mengenal Esti masih dari internet juga, saat itu dia hanya iseng saja berkenalan denganku, tetapi setelah saling kenal, akhirnya tanpa berlangsung lama hubungan kami berlanjut ke ranjang.

Indah, 36 tahun, wanita matang dan telah bersuami. Aku mengenal Indah melalui tawaran threesome di sebuah milist internet. Bayanganku di awal perkenalan, kami akan having seks dengan suaminya, seperti halnya Intan, tapi ternyata tidak. Indah memiliki selingkuhan pria idaman lain, dan dengan PIL-nya mereka bermaksud threesome denganku. Meskipun sudah berumur, tetapi nafsu seksualnya sangat tinggi dan permainannya sangat liar. Sekali lagi, aku berhubungan seks dengan wanita yang gemuk walaupun tubuhnya cukup padat/sintal.

Erina, 22 tahun mahasiswi chinese di Jkt. Dia mengenalku juga melalui situs 17thn yang tertarik hubunganku dengan wanita gemuk. Dia penasaran ingin merasakan mengulum penisku. Hubunganku dengan Erina hanya sebatas dia mengulum penisku, sementara aku belum pernah mengulum vaginanya. Sampai tulisan ini kubuat, aku masih berhubungan dengannya tetapi tetap sebatas dia mengulum penisku hingga spermaku keluar dan ditelan olehnya. Tetapi sekalipun aku tidak pernah menyentuh bagian tubuhnya yang vital.

Nani, wanita tertua yang pernah berhubungan seks denganku. Berumur 46 tahun, telah bercerai dengan suaminya sejak lama, adalah type ideal wanita kesepian. Aku mengenalnya melalui seorang sahabat pena yang kukenal melalui internet. Mulanya temanku secara iseng mengenalkanku kepada Nani, dan aku juga belum tahu seberapa tua umurnya karena dari suaranya terdengar masih seperti wanita berumur 30-an. Akhirnya ketika ada kesempatan bertemu baru aku tahu kalau Nani ternyata sudah berumur 46 tahun. Memanfaatkan situasi seorang wanita yang sudah lama tidak merasakan sentuhan birahi, rayuanku disambutnya.

Winda, mahasiswi Ygy berumur 25 tahun. Aku mengenalnya juga melalui seorang teman di internet. Mulanya kukabari jika aku ada urusan ke Ygy, apakah dia punya teman. Dan dia memperkenalkanku dengan Winda. Setelah sehari aku akrab dengannya, secara iseng kutawari Winda supaya mau menemaniku di hotel, dan ternyata tanpa kuduga dia mau. Aku baru tahu kalau dia sudah biasa cek-in dengan pacarnya di hotel. Maka hubungan seksku dengannya berlalu dengan tanpa hambatan. Sampai saat ini aku masih berhubungan dengannya.

Tasya, 34 tahun, seorang janda yang juga lesbian. Aku mengenal Tasya melalui forum di internet, dia mengaku seorang yang lesbi karena kecewa dengan kegagalan rumah tangganya. Mulanya kami hanya sebatas sharing pendapat tetapi lama kelamaan dia yang memulai lebih dulu untuk ingin kembali merasakan bagaimana nikmatnya berhubungan seks secara normal (dengan cowok). Dan sejak saat dia ML denganku, dia secara perlahan mulai dapat menghentikan kebiasaan lesbinya dan mencoba untuk menjalin hubungan dengan pacarnya yang baru (cowok), dan kadang kala masih berhubungan denganku di saat dia membutuhkannya.

Putri, gadis seksi 27 tahun, meskipun agak gemuk tapi tubuhnya berbentuk dan sintal. Awal perkenalanku dengannya sangat unik dan hampir tidak masuk akal. Bermula dari aku salah kirim SMS. Niatnya adalah aku mengirim SMS untuk seseorang dalam urusan bisnis yang memang nomornya juga baru aku dapatkan dari seorang relasi. Ternyata SMS tersebut salah tujuan ke nomor Putri yang belakangan baru kutahu namanya. Dia mengklarifikasi maksud dari SMS-ku. Tentu saja dia bingung karena isinya tentang bisnis. Dan aku baru sadar kalau ternyata salah sambung. Sejak itu kami jadi akrab dan saling berkirim SMS. Perlahan baru aku tahu kalau dia termasuk type cewek yang liberal dan free of life. Dan ketika kusinggung masalah keperawanan dan hubungan seksual, dia tidak terlalu mempermasalahkannya karena dia mengaku juga sudah tidak perawan. Akhirnya kami jadi sering berdiskusi masalah seks dan makin lama makin menyerempet ke SMS yang hot dan porno. Akhirnya aku to the point aja apakah dia keberatan kalau aku ajak cek in di hotel. Dan dia ternyata tidak keberatan.

Putri adalah cewek kedua setelah Intan yang paling hebat permainannya seksnya, disamping itu, Putri juga mampu melakukan apa saja yang Intan lakukan. Vaginanya juga mampu menjepit dan menghisap penisku seperti permainan cewek madura katanya. Hingga saat ini aku masih menjalin hubungan dengan Putri, dan hebatnya lagi masih ada beberapa rencana yang akan kami lakukan seperti threesome dan orgy. Mengapa? Karena hubunganku dengan Putri agak gila, kami pernah ML di kamar hotel, tiba-tiba saja dia janjian dengan teman wanitanya untuk urusan kuliah. Dan ketika temannya datang kami tetap meneruskan melakukan ML di hadapan temannya tanpa ada perasaan risih sama sekali. Sesekali bahkan diselingi dengan mengobrol dengan temannya sambil penisku tetap dikocok di vaginanya. Pernah juga suatu saat tantenya yang masih muda memergoki kami sedang cek in di suatu hotel dan tantenya ikut nimbrung walaupun belum sampai threesome. Aku dan Putri bahkan merencanakan having seks rame-rame dengan tante dan temannya.

Demikianlah pembaca, petualangan seks-ku dimulai sejak aku belum menikah dan terus berlanjut meskipun sudah menikah. Entahlah kenapa aku bisa mendapatkan wanita tanpa harus "jajan" dan setiap menjalin hubungan aku selalu memberi pengakuan bahwa aku sudah menikah kepada cewek tersebut. Dan tentang kemampuanku sebenarnya biasa saja, penisku juga tidak terlalu besar.

Dari Email Turun Ke Ranjang

Perkenalan kami termasuk cepat. Hanya sekitar dua atau tiga kali kirim-kiriman email, kami sudah bertukar nomer handphone. Setelah itu kami mulai sering ber-sms-ria dan mulai jarang email-emailan. Biasanya aku sms-an dengan Mbak Lilis di atas jam 9 malam, karena di atas jam segitu suaminya baru berangkat kerja. Suami Mbak Lilis sebut saja Mas Yuda, bekerja di perusahaan IT internasional yang afiliasinya berada di Sudirman, dimana jam kerja sang suami menurut Mbak Lilis disesuaikan dengan jam kerja kantor pusatnya di London.

Sementara Mbak Lilis sendiri bekerja di salah satu perusahaan pelayaran dengan posisi yang kalau Mbak Lilis bilang gajinya cukup buat ngikutin gaya hidup metropolitan. Aku nggak tau kenapa wanita itu enggan menyebutkan posisinya. Jam kerja Mbak Lilis sebagaimana normalnya perusahaan swasta, nine to five. Otomatis Mbak Lilis hanya sempat bertemu Mas Yuda dari jam 7 malam saat tiba di rumah, sampai menjelang jam 9. Kemudian wanita itu terpaksa tidur sendirian karena anak mereka satu-satunya kuliah di Bandung dan tinggal di tempat kost-nya. Dan ketika bangun pun sang suami belum tiba di rumah, sementara Mbak Lilis sudah harus meninggalkan rumah sebelum sempat bertemu sang suami.

Itu yang Mbak Lilis ceritakan padaku lewat telepon. Dan karena seringnya kesepian, Mbak Lilis sering menghabiskan waktu sendirinya bersama teman-teman sepergaulannya. Tapi Mbak Lilis ternyata bukan tipe wanita-wanita eksekutif yang gemar clubbing, dugem, atau kegiatan malam lainnya. Wanita tersebut lebih senang kumpul bareng ibu-ibu sebayanya, arisan, senam, shopping atau sekedar nongkrong bareng makan bakmi di restoran.

Seru juga mendengar ceritanya. Kebetulan Mbak Lilis tipe orang yang dominan dan periang, jadi setiap kali kami telpon-telponan, Mbak Lilis selalu mendominasi pembicaraan. Sementara aku hanya menjadi pendengar setia. Beberapa minggu setelah telpon-telponan, kita sepakat untuk ketemu. Mbak Lilis menawarkan aku untuk main ke rumahnya.
"Iya Yo, di rumah aja lah lebih nyaman. Kalo di mall berisik" jawabnya ketika kutanya kenapa lebih suka ketemu di rumah.
"Terserah Mbak Lis deh, aku sih dimana aja juga enak" sahutku.
Kemudian kami set waktu. Kami mengambil hari kerja, karena kalau weekend tentunya Mbak Lilis menyediakan waktunya untuk sang suami.

Hari yang ditentukan pun tiba. Tadi sore Mbak Lilis sempat telpon ke handphoneku untuk memastikan. Aku pun confirm ok. Pulang kerja aku mampir ke rumah untuk makan dan mandi. Sambil menunggu waktu aku iseng sms-an dengan beberapa temanku.
Jam menunjukkan puku setengah sembilan. Aku langsung bersiap untuk berangkat. Rumah Mbak Lilis tidak begitu jauh dari rumahku. Wanita itu tinggal di daerah Cempaka Putih. Aku melesat kesana dengan taksi. Sampai di komplek rumahnya, aku segera menelpon Mbak Lilis.
"Mbak aku udah sampai di gangnya nih, Mbak keluar ya" pintaku.
"Jangan Yo, kamu turun aja di ujung gang, terus kamu hitung 6 rumah dari ujung yang pagar krem itu rumahku" jawab Mbak Lilis.

Aku pun menuruti apa yang dikatakannya. Setelah turun dari taksi aku berjalan ke arah dalam dan menghitung.. satu.. dua.. tiga.. empat.. lima.. nah ini dia! Aku baru saja menekan bel yang ada di dekat pagar ketika sesosok wanita keluar dari dalam rumah dan menghampiri pagar. Wanita itu tersenyum ke arahku.
"Sampe juga Yo" sapanya. Ternyata dia Mbak Lilis. Aku tersenyum.
"Iya, nggak susah kok Mbak" jawabku sambil masuk ke dalam pagar.
Kuperhatikan wanita yang sedang menutup pagar ini. Wajahnya memang menunjukkan seorang wanita setengah baya, namun kulit wajahnya halus sekali. Tubuhnya yang sedikit gemuk terbungkus daster dari bahan linen. Kulit kuning langsatnya yang mulus terasa halus sekali ketika secara tak sengaja lengan kami bersentuhan. Rambut hitam lebatnya yang keriting dibiarkan panjang sepunggung dan masih dalam keadaan basah. Kelihatannya Mbak Lilis baru selesai mandi. Aroma sabun dan shampoo juga masih tercium dari tubuhnya.

"Heh, bengong.. yuk masuk" ajakan Mbak Lilis mengejutkanku.
"Eh.. iya Mbak" jawabku. Aku mengikuti Mbak Lilis yang berjalan masuk ke dalam rumah.
Di dalam ternyata Mbak Lilis sudah menyiapkan makan malam untukku.
"Aduh Mbak repot-repot deh" kataku ketika Mbak Lilis mengajakku makan.
"Ah kamu nggak usah basa-basi deh" ujar Mbak Lilis seraya menyendokkan nasi untukku. Aku berusaha mencegah.
"Mbak.. Mbak.. aku tadi di rumah udah makan" cegahku sambil menyentuh pergelangan tangan Mbak Lilis.
Aduh halusnya.. Wanita berwajah lembut itu pura-pura cemberut.
"Gitu deh.. kamu nggak hargain aku ya" serunya sambil merajuk.
Aku tersenyum. Gila nih orang udah kepala lima mukanya masih cute aja, pikirku dalam hati.
"Iya deh, tapi jangan banyak-banyak ya" jawabku.
Mbak Lilis pun tersenyum sambil mengangguk. Kami pun makan malam berdua sambil cerita-cerita dan cekakakan. Mbak Lilis antusias sekali membahas pengalaman yang kuceritakan di situs ini.
"Gila Yo, trus tuh ABG pada kemana sekarang?" tanya Mbak Lilis di sela-sela ceritaku.
"Masih ada Mbak, cuma udah jarang contact.. apalagi mereka nggak di sini kan" ceritaku.

Tanpa terasa sudah hampir jam sepuluh malam. Aku membantu Mbak Lilis membereskan meja bekas kami makan. Kemudian wanita itu menyuruhku menunggu di ruang TV sementara dia mencuci piring. Tak lama kemudian Mbak Lilis ikut ke ruang TV dan duduk di sofa di sebelahku. Wanita itu merapatkan tubuhnya ke tubuhku. Hmm.. lengannya terasa hangat dan mulus. Kemudian Mbak Lilis melipat kakinya ke atas sofa.
"Udah nyucinya Mbak?" tanyaku basa-basi. Wanita itu tersenyum sambil mengangguk.
"Kok nggak pake pembantu sih?" tanyaku lagi.
"Nggak, males Yo.. pembantu sekarang jarang yang beres. Apalagi kalau malam begini aku sering di rumah sendirian. Takut ada apa-apa" jelasnya. Bibirku membentuk bulatan kecil.
"Ya cari pembantunya yang cewek dong Mbak" timpalku.
"Kalo dia punya pacar gimana? Trus kalo pacarnya macem-macem gimana? Hayoo.. hihihi" Mbak Lisa menjelaskan sambil mencubit hidungku gemas.
Aku membalasnya. Kemudian aku sengaja menatap wanita itu lama-lama hingga yang ditatap menjadi salah tingkah.
"Ih.. genit liat-liat" serunya.
Aku tersenyum sambil memberanikan diri merangkul pundaknya.
"Mbak Lis sexy deh" bisikku di telinga wanita itu.
Mbak Lilis tertawa manja. Kemudian wanita itu mendekatkan wajahnya ke wajahku. Dekat sekali, sehingga bibir kami hanya berjarak kurang dari satu centimeter.
"Terus kalo sexy kenapa sayang?" desahnya tepat di wajahku.
Tanpa menjawab pertanyaannya, aku langsung melumat bibirnya yang lembut. Hmm.. nikmat sekali. Mbak Lilis tampak menikmati ciuman dan hisapanku. Lidahku pun menari dengan lincah, masuk ke dalam mulut Mbak Lilis dan menjelajahi rongga mulutnya.
"mmhh.. ssllpp.. mm.. sshh" Mbak Lilis seolah tak mau kalah denganku.
Lidahnya ikut menari mengimbangi lidahku. Nafsu birahi yang mulai naik menuntun tangan wanita itu untuk merengkuh kedua pipiku. hh.. lembut sekali telapak tangannya.

Tanganku pun mulai menjelajahi lengan Mbak Lilis yang halus. Perlahan-lahan kuusap lengan dan bahunya. Mbak Lilis yang semakin terangsang mendorongku jatuh ke sofa tanpa melepaskan ciumannya. Aku mengikuti saja. Dalam sekejap tubuh montoknya telah menindih tubuhku di atas sofa. Penisku mulai tegang. Aku mencoba merentangkan kedua kakiku agar penisku bisa berada pada posisi yang benar di balik celanaku. Bibir Mbak Lilis sudah tak hanya menjelajahi bibirku, tapi juga mulai menjalar ke bagian pipi, leher dan dadaku. Perlahan jemarinya yang lentik mencopoti kancing kemejaku satu per satu. Upss.. ternyata tidak semua, Mbak Lilis hanya melepas tiga kancing di atas. Kemudian kedua tangannya melebarkan celah kemejaku dan.. aahh.. Wanita itu menjilati dadaku dengan penuh nafsu.

Kedua tanganku merengkuh rambut keritingnya yang tergerai. Perlahan tanganku mengusapi punggung dan lengan Mbak Lilis. Tanpa mempedulikan birahiku yang semakin naik, Mbak Lilis terus menjilati dadaku. Bahkan sekarang seluruh kancing kemejaku telah copot. Wanita itu menjilati perutku dengan liar.
"sshh.. Mbbakk" desahku.
Mbak Lilis menghentikan aktivitasnya sejenak. Wanita itu memandangku sambil tersenyum.
"Kenapa sayang?" desahnya. Aku tersenyum.
"Nggak pa-pa, enak banget Mbak" jawabku. Kemudian aku mengangkat tubuh montok itu hingga berdiri tegak, dan kini giliranku yang aktif. Kupeluk tubuh montok Mbak Lilis dan kujilati leher dan pundaknya. Wanita ini hanya tertawa-tawa kecil seperti meremehkan 'seranganku'. Kedua tangannya membelai kepalaku dengan lembut, dan akhirnya bergerak melepaskan kemejaku. Kini aku telah bertelanjang dada.
"Sini sayang.. sshh.. oohh" Mbak Lilis memeluk tubuhku erat-erat sehingga dadaku dapat merasakan kenyalnya payudara wanita itu.
Aku tidak lantas diam, lidahku terus menari menjelajahi leher dan tengkuk Mbak Lilis. Wanita itu mulai merasa keasyikan. Aku pun meneruskan dengan menjilati bagian belakang telinganya, lantas mengulum dan melumat telinganya yang putih bersih.
"sshh.. Riioo.. hh" tubuh Mbak Lilis menggelinjang menahan rasa nikmat.
Aku tak peduli, lidahku terus menjalar ke bahu, dan akhirnya aku mencoba menurunkan tali daster yang tersangkut di bahu Mbak Lilis dengan mulutku.

Kedua tali daster itu sudah turun dan aku pun bisa melihat putihnya dada Mbak Lilis. Aku baru sadar kalau sejak tadi wanita ini tidak mengenakan bra. Aku pun menjadi gemas dan mulai meremas kedua payudaranya yang montok namun sudah agak turun.
Mbak Lilis merebahkan tubuhnya di atas sofa agar bisa lebih menikmati remasanku. Sementara itu kedua tangan Mbak Lilis kembali merengkuh kepalaku untuk mengajak berciuman. aahh.. lagi-lagi aku merasakan kehangatan bibirnya. mmhh.. nikmat sekali. Birahiku semakin naik. Tanganku pun berpindah ke lengannya untuk menurunkan seluruh tali dasternya. Sekarang daster itu sudah turun sampai ke pinggang. Uuhh.. aku bisa melihat dada Mbak Lilis yang putih bersih. Kedua tanganku meremas payudara yang kenyal itu dan kujilati putingnya.

"Sshh.. ohh.. Rio.. sshh" Mbak Lilis mendesah menahan rasa nikmat.
Aku tak peduli. Lidahku terus menjelajahi putting dan payudaranya secara bergantian. Kiri.. kanan.. kiri.. kanan.. sementara kedua tanganku tak henti-henti meremasnya.
"Sshh.. Riioo" tiba-tiba Mbak Lilis bangkit dan memeluk tubuhku erat sekali. Hmm.. payudaranya yang hangat pun menempel ketat di dadaku. Nikmat sekali. Mbak Lilis mendesah panjang sambil membenamkan wajahnya di bahuku. Aku mengangkat kepala wanita itu dari bahuku.
"Kenapa Mbak?" tanyaku setengah berbisik.
Mbak Lilis tersenyum agak tersipu, lantas menggeleng. Kedua tangannya yang lembut membelai pipiku.
"Nggak pa-pa.. Yo" desahnya.
Wajahnya terlihat habis menuntaskan sesuatu. Aku langsung menyimpulkan bahwa wanita di hadapanku ini baru saja melepas orgasmenya. Aku tersenyum sambil mencubit payudara Mbak Lilis.
"Udah keluar ya Mbak?" bisikku setengah menggoda.
Mbak Lilis tersenyum geli sambil mengangguk. Aku pun tertawa. Wanita itu malah mencubit pinggangku.
"Ketawa lagi.. awas ya kamu, ntar aku bikin kelojotan baru tau rasa.. hihihihi"
Mbak Lilis langsung mendorong tubuhku hingga jatuh di sofa lagi. Kemudian dengan liar wanita itu mencoba melepas ritsleting celanaku. Tak diperdulikannya daster yang sudah mawut-mawut di tubuhnya itu. Aku membiarkan Mbak Lilis menelanjangiku. Dan tak lama kemudian tubuhku sudah lolos tanpa busana.

Mbak Lilis tersenyum melihat batang penisku yang mulai tegang. Digelitiknya daerah sensitifku dengan rambutnya yang panjang. Hmm.. geli-geli enak. Mbak Lilis kemudian meneteskan air ludahnya ke atas kepala penisku. aahh.. aku merasakan enak ketika air ludah itu menyentuh lubang kencingku. hh.. tubuhku sedikit bergidik. Dengan jemari lentiknya, Mbak Lilis meratakan air ludah yang membasahi penisku. Dengan lembut wanita itu mengusap seluruh permukaan penisku yang sudah licin. hhmm.. nikmat sekali. Kelima jemari lentiknya mengusap dan menjepit pangkal penisku, dan.. ahh.. Mbak Lilis mulai menjilati kepala penisku yang sudah basah.

Lembut sekali lidah wanita ini. Sementara tangan Mbak Lilis mengocok bagian pangkal penisku, lidahnya lincah menjelajahi kepala dan leher penisku. Dijelajahinya seluruh daerah sensitifku. Dan sebagai ibu-ibu yang sudah lama menikah, Mbak Lilis lihai sekali mencari titik-titik rangsangku. Akhirnya batang penisku masuk ke dalam mulutnya yang hangat. Ahh.. nikmat sekali. Kulihat kepala Mbak Lilis naik-turun mengikuti irama kenikmatan yang diberikan padaku. Sebelah tangannya yang sejak tadi diam saja kini merayapi daerah perutku. Uuuhh.. nikmatnya. Birahiku semakin memuncak. Tak tahan kedua tanganku pun meremas rambut Mbak Lilis yang lebat. Wanita itu bagai tak peduli terus menjilat, mengulum dan mengisap batang penisku.
Birahiku yang semakin naik menuntunku untuk mengangkat tubuh Mbak Lilis naik ke atas tubuhku. Wanita itu tersenyum senang melihat birahiku yang menyala-nyala. Aku meloloskan daster yang masih menyangkut di pinggangnya. aahh.. gila, ternyata Mbak Lilis juga tidak mengenakan celana dalam sejak tadi.

Kini kami berdua sudah sama-sama telanjang bulat. Mbak Lilis duduk di atas pahaku, kedua tangannya merangkul leherku. Aku memeluk pinggang Mbak Lilis yang dihiasi sedikit lemak itu.
"Sekarang Yo?" desahnya.
Aku tersenyum sambil menggeleng. Kemudian secara mengejutkan aku memutar posisi hingga Mbak Lilis kini yang duduk di sofa. Wanita itu sempat menjerit sesaat. Detik berikutnya dengan buas aku mengangkat sebelah paha Mbak Lilis yang mulus ke atas sandaran sofa. Aku memperhatikan vagina Mbak Lilis yang ditumbuhi bulu lebat sekali. Hmm.. terus terang bagiku kurang nikmat menjilati vagina wanita yang ditumbuhi bulu yang lebat.

"Mbak bulunya banyak banget" seruku. Mbak Lilis mengangguk.
"Iya, nggak pernah dicukur. Aku nggak berani" jawabnya. Aku tersenyum penuh arti.
"Aku cukurin ya Mbak" pintaku. Mbak Lilis terlihat terkejut.
"Hah.. terus gimana?" tanyanya setengah bingung.
"Ya nggak gimana-gimana hihihi.. Mbak ada cukuran?" tanyaku.
Tanpa diminta dua kali Mbak Lilis bangkit menuju kamar tidurnya dan beberapa saat kemudian kembali dengan sebuah alat cukur manual.
"Oke.. aku cukur ya, mau model apa Mbak? Hihihihi" godaku.
"Apa aja deh, abis juga boleh hihihi" jawab Mbak Lilis.
Aku pun mulai beraksi. Kucukuri seluruh bulu yang tumbuh di daerah kemaluan Mbak Lilis sampai bersih, diiringi desahan-desahan manja si pemilik bulu.
"Udah Mbak" seruku. Mbak Lilis melongok ke bawah.
"Hihihi.. botak abis, aku cuci dulu ya"
Mbak Lilis pun ke kamar mandi untuk membersihkan bulu-bulunya. Tak lama wanita itu kembali ke ruang TV.
"Taraa" serunya menirukan suara terompet sambil merentangkan kedua tangannya. Aku tertawa melihat gayanya.
"Waahh.. mulus abiss" seruku.

Dengan gemas Mbak Lilis menghampiriku dan memeluk tubuhku. Aku pun memutar tubuh hingga Mbak Lilis kembali duduk di sofa. Seperti tadi aku mengangkat paha Mbak Lilis dan kudekatkan wajahku ke arah vaginanya. Hmm.. aroma kewanitaannya langsung tercium. Dengan lembut kujilati sekeliling vagina dan selangkangan Mbak Lilis sebelum akhirnya aku bergumul dengan bibir vaginanya yang masih rapat.
"sshh.. Rioo.. aahh" Mbak Lilis menggelinjang menahan nikmat.
Lidahku semakin liar menjelajahi vagina Mbak Lilis. Jemariku pun ikut membantu melonggarkan liang vaginanya agar aku bisa menjilati klitoris Mbak Lilis. Tubuh Mbak Lilis terus menggelinjang tak karuan. Nafasnya tidak teratur. Desahan-desahan menahan nafsu terus keluar dari bibirnya.
"Riioo.. sshh" desahan panjang Mbak Lilis kembali terdengar.
Bersamaan dengan itu dari vagina yang tengah kujilati pun keluar cairan kewanitaannya. Hmm.. aku langsung menghirup cairan itu sambil menyedot dinding vagina Mbak Lilis. Tubuh Mbak Lilis sampai terlonjak.
"sshh.. cukup sayang.. sekarang kasih yang aslinya dong" pinta Mbak Lilis seraya mengangkat tubuhku.
Aku tersenyum sambil mengangguk. Perlahan aku mulai mengarahkan batang penisku ke vagina Mbak Lilis. Pelan-pelan kumasukkan sedikit demi sedikit. Dan.. ssllpp.. aahh.. penisku pun amblas dalam hangatnya vagina Mbak Lilis. Wanita itu merintih sejenak. Kemudian aku menggoyang-goyangkan pantatku untuk berbagi kenikmatan dengan Mbak Lilis.

"Oohh.. oohh.. sshh.. aahh" desahan dan erangan kami saling bersahutan.
Kami betul-betul menikmati permainan. Vagina Mbak Lilis terasa hangat sekali mengulum penisku. Kedua tangan kami saling berpegangan. Kira-kira lima belas menit kemudian aku mulai merasa dinding vagina Mbak Lilis berdenyut dan cengramannya semakin kencang. Desahan Mbak Lilis pun semakin liar. Tak lama kemudian aku merasakan ada cairan yang membanjiri penisku dari dalam vagina Mbak Lilis. aahh.. wanita itu orgasme lagi. Kulihat Mbak Lilis tersenyum simpul.

Kemudian kami berganti posisi. Mbak Lilis nungging di sofa sambil berpegang pada sandaran, dan sambil berdiri kembali kutembus liang kenikmatan wanita itu dengan penisku. Uuuhh.. kedua tanganku memegangi pinggul Mbak Lilis yang ikut maju-mundur karena goyanganku. Kuusap pantat Mbak Lilis yang halus dan mulus. Bosan dengan posisi tersebut, kami berganti lagi. Kali ini aku duduk di sofa dan Mbak Lilis duduk di atas tubuhku. Hmm.. hangat sekali tubuhnya. Mbak Lilis cukup lihai memimpin permainan. Pinggulnya tak hanya maju-mundur tapi juga memutar sehingga memberi sensasi nikmat yang luar biasa pada penisku. Aku memeluk tubuh montok Mbak Lilis erat-erat hingga payudara wanita itu menempel di wajahku. Huuff.. lidahku segera menjulur keluar untuk menikmati kenyalnya putting susu Mbak Lilis. Sesekali kugigit dengan pelan. Wanita itu berkali-kali menjerit di tengah desahan nikmatnya.

Setelah beberapa menit aku mulai merasa spermaku akan muntah dari penisku.
"aahh.. ahh.. Mbak.. udah mau nyampe nih" desahku.
Mbak Lilis tersenyum sambil terus mendekap kepalaku.
"sshh.. iya Yo.. aku juga nih, tungguin yaa" desah Mbak Lilis seraya mencium bibirku.
Ugghh.. lumatan bibir Mbak Lilis membuatku semakin tak kuasa menahan kendali. Kucengkeram pinggang Mbak Lilis yang tengah bergoyang hebat agar wanita itu berhenti bergoyang.
"sshh.. kenapa sayang?" tanya Mbak Lilis. Aku tersenyum.
"Nggak pa-pa, nunda sebentar Mbak.. hihihi" jawabku. Mbak Lilis mencubit dadaku gemas.
"Dasar ya" desahnya manja. Wanita itu memeluk tubuhku erat. aahh.. hangat sekali tubuhnya.
"Terusin Mbak" bisikku sambil menjilati telinganya.
Tubuh Mbak Lilis kembali bergoyang. aahh.. betul-betul nikmat. Gairahku semakin memuncak, dan aku juga mulai merasa dinding vagina Mbak Lilis berdenyut.
"Rioo.. bareng ya.. keluarin di dalam aja" desah Mbak Lilis.
Aku mengangguk. Mbak Lilis semakin mempercepat goyangannya. Aku pun membantu dengan menggoyangkan pinggangku. aahh.. ahh.. penisku semakin cepat keluar masuk vagina Mbak Lilis, dan.. Croott.. crott.. crroott.. croott.. ccrroott.. ccroott.. Entah berapa kali penisku menyemprotkan cairan sperma kuat-kuat ke dalam vagina Mbak Lilis.

"aaww.. kamu duluan ya sayang.. hihihihi" desah Mbak Lilis.
Aku tersenyum kecut seraya memeluk tubuh Mbak Lilis. Dengan sisa-sisa yang ada aku mencoba menggenjot tubuhku untuk membuat Mbak Lilis mencapai puncak. Dan..
"aahh.. sshh.. Riioo" Mbak Lilis kembali mengeluarkan desahan panjang seiring membanjirnya vagina wanita itu.
Dengan tubuh agak lemas kami berpelukan. Penisku masih tertancap di dalam vagina Mbak Lilis.
"sshh.. makasih ya sayang, aku udah lama banget nggak ngerasa kayak gini" desah Mbak Lilis di sela-sela kecupan bibirnya.
"Iya.. makasih juga untuk pengalamannya Mbak hihihi" jawabku.
Mbak Lilis memelukku dengan gemas dan melumat bibirku habis-habisan. Malam itu akhirnya aku menginap di rumah Mbak Lilis. Aku tidak ingat berapa kali kami memacu birahi bersama. Hampir setiap sudut rumah itu kami pakai. Di ruang TV, ruang tamu, kamar tidur, kamar mandi dan juga dapur. Yang kuingat kami tertidur di ranjang Mbak Lilis sekitar jam 3 pagi. Kemudian Mbak Lilis membangunkanku jam 7 pagi. Kulihat wanita itu sudah segar kembali lengkap dengan pakaian kantornya.
"Mandi dulu sayang.. kamu juga kan mesti ke kantor" desah Mbak Lilis seraya membangunkanku.

Aku harus kembali ke rumah dulu sebelum ke kantor karena aku tidak membawa baju. Setelah mandi, aku berangkat bareng Mbak Lilis dengan taksi yang dipesannya ke rumah. Oke, sampai di sini dulu pengalamanku dengan Mbak Lilis. Aku belum tau bagaimana selanjutnya hubungan kami. Yang jelas kami masih sering SMS-an dan telepon. Tunggu saja cerita selanjutnya.

Kesenangan menjadi penyesalan

saat itu saya berada diposisi teratas dikalangan cowok2 yg cukup dikagumi, sehingga tak sulit untuk mendapatkan wanita untuk menemani waktu senggang dan bercinta hingga bosan. setiap hari, setiap waktu luang selalu saya habiskan dengan wanita yg berbeda-beda dan tak ada seorang pun yg pernah menolak saya. sampai suatu hari saya berjumpa dengan seorang gadis yg umurnya 2 tahun lebih muda dari saya, sebut saja Linda. Linda adalah seorang siswi kelas 1 smu saat itu, dia adalah gadis yg cantik dan sangat ramah. aku menyukainya dan mecoba mendekatinya namun ia langsung menolak dengan tegas.
aku sangat terkejut karena ini pertama kalinya bagiku ditolak oleh seorang gadis apalagi yg masih bau kencur, dia punya 2 alasan untuk menolakku. pertama ia sudah punya pacar, kedua ia tahu siapa aku dan bagaimana aku. aku sangat kesal dan ini membuatku gusar.
aku membuat suatu rencana jahat, kuberjanji dalam diriku kalau aku akan mendapatkan segalanya dari Linda dalam satu minggu. Linda berasal dari keluarga bawah, ekonomi susah. kebejatanku adalah memanfaatkan situasi itu, aku mencoba mendekati keluarganya dan memberikan dua kakaknya pekerjaan diperusahaan omku, karena semua keluargaku memang berasal dari pengusaha. akhirnyapun dalam 3 hari menjalankan misi jahatku ia tunduk dan memutuskan pacarnya, sebenarnya dia bukan gadis materialistis hanya saja aku tahu ia hanya ingin membahagiakan keluarganya. dalam 5 hari aku mendapatkan cintanya, dan saat itu tentu tak kusia2kan.
kujemput Linda sepulang dia sekolah dan kubawa kerumahku, seperti yg pernah aku bilang bahwa aku tinggal sendiri dirumahku karena orang tua dan saudara2ku semua sibuk dengan usahanya yg berada diluar kota/ negri. aku makan siang dengan hidangan yg disediakan pembantuku, lalu kusuruh pembantuku untuk pulang lebih awal sehingga aku leluasa berdua.
kami duduk diruang santai sambil menonton tv, perlahan aku mendekatkan tubuhku ketubuhnya yg masih berpakaian seragam. dia hanya tersenyum sambil menonton acara ditv. lalu aku langsung menciumi lehernya dan merambta kebibir tipisnya, awalnya ia diam dan memberi sedikit respon. namun pada saat tanganku mulai “belanja” keselangkangannya iapun berontak dan melepaskan ciumannya. dia takut kalau aku akan meninggalkannya seperti yg kulakukan dengan gadis2 lain sebelum dia. namun otak picik dan kata2 indah dari mulutku akhirnya meluluhkan pendirianya, akupun melakukan serangan kedua dan kali ini lebih dahsyat.
sekarang tvlah yg menonton kami, diatas sofa empuk yg besar aku memulai pembalasan dendamku atas penolakan yg pernah ia lakukan. aku menciumi bibirnya dan sesekali memainkan lidahnya, ia sangat amatir dalam hal ini. meskipun aku yakin ia pernah berciuman dengan mantanya dulu namun mungkin dia tak sehebat aku,pikirku dengan bangga. aku mulai meremas buah dadanya yg kecil dari luar seragamnya, diapun mulai menggerang nikmat, perlahan posisi kami berubah dari awalnya duduk bersampingan,kini ia berada diposisi bawah dan aku diatas. perlahan aku membuka kancing bajunya serambi bibirku masih melumat bibir kecilnya, seragamnyapun terlepas kini buah dadanya hanya tertutupi dengan BH hitam yg lucu,hmmm aku sangat suka gadis dengan underwear hitam. akupun meninggalkan bibirnya dan mulai menciumi dan menjilati leher serta wilayah sekitar dadanya. ia hanya mengerang sambil menahan kenikmatan. aku terus menciumi sekitar buah dadanya yg masih terlindungi, perlahan tanganku membuka roknya dan ia hanya diam. kini ia hanya memiliki CD hitam dan Bh hitam ditubuhnya, aku benar2 terkesima dan mencoba menahan nafsuku yg menggebu gebu melihat tubuh mulusnya.
akupun membuka baju dan celanaku, aku hanya memakai boxer yg menutupi samuraiku yg sudah mengeras ini. aku sengaja tidak langsung membuka underwearnya karena aku ingin melakukanya dengan tenang sehingga ia takkan melupakan kejadian ini. aku mulai menciumi perutnya dan tanganku meraba dada dan pahanya. sesekali aku kembali menciumi bibirnya yg mendesah pelan, aku berusaha konsentrasi menciumi bagian selangkangan dan pahanya sementara tangan kananku mulai memijit bagian sensitivnya dari luar CD hitam yg sudah basah. dia sangat mendesah dan terangsang karena perbuatanku ini, bibirku mulai menciumi vegynya dari luar CD dan sesekali aku beri dorongan dan hisapan kuat kevegynya yg basah. tongkolku sudah tak tahan berada didalam boxerku, akupun menghentikan basa basi ini dan langsung mengangkat tubuhnya yg mungil menuju kekamarku.
sambil terus berciuman, aku menggendongnya menuju kamar surgaku. perlahan aku membaringkan tubuhnya dikasurku yg luas, aku kembali menciumi vegynya sementara tanganku bermain main dengan dadanya. kini aku benar2 menyedot dan mencium kuat vegynya yg masih tertutupi CD tiba2 ia mengerang hebat, ternyata ia mengalami orgasme pertama. ia terkulai lemas, namun ini belum apa apa karena “apa apa” yg sebenarnya masih tegar menanti dibalik boxerku ini. ia memberi tahu padaku bahwa ternyata ia masih perawan, gila aku tak tahu harus senang atau bingung. aku hanya ga mau terjebak dalam hubunga yg berdasar dendam ini. keapalang basah aku takperduli, samuraiku tak mungkin tunduk begitu saja karena situasi ini. aku kembali minciumi bibinya dan turun hingga kevegynya, aku menurunkan CDnya dengan lembut sambil bibirku tetap menjilati vegynya yg dilapisi bulu-bulu tipis indah. aku jilat semua meskipun becek karena cairannya yg keluar begitu banyak saat orgasme tadi. aku naik keatas tubuhnya dan melepaskan BH hitamnya dan langsung menjilati putingnya yg sudah mengeras dan berwarna pink itu.
akupun melepaskan boxerku dan membiarkan tongkolku menggantung gagah didekat selangkangannya karena aku masih konsen dengan buah dadanya yg indah itu. dia memintaku untuk tidak menyakitinya, aku tersenyum dan meyakinkan dia kalau permainan ini takkan dapat ia lupakan. perlahan aku menarik tubuhnya kepinggir tempat tidur agar aku bisa berposisi berdiri yg baik, aku siap menancapkan tongkolku kelubang senggamanya yg becek, perlahan aku tempelkan tongkolku dan menggesekannya kebibir vegynya, iapun menggerang kuat. aku mencoba menekan kepala tongkolku hingga masuk kevegynya, ia menjerit menahan sakit. aku pelankan coblosanku sehingga ia sedikit tenang, kepala tongkolku sudah berada didalam vegynya, perlahan kutekan lagi dan darah perawanpun mulai mengalir sehingga wajah Linda kini menggeram menahan sakit, tampak air matanya sedikit mengalir. pelan aku tekan lagi tongkolku sehingga kini sudah masuk 1/4nya, darah dan cairan hangat terasa mengalir dibatang tongkolku. aku menggesekannya perlahan dan mencoba membuatnya tidak begitu kesakitan.
BLESHHH… tongkolku masuk sempurna hingga mentok, mungkin karna tongkolku memang sedikit besar dan panjang. ia menggerang kesakitan sambil merasa nikmat untuk pertama kalinya. namun kini semua seudah terkendali, perlahan aku menggenjot vegynya yg basah. sambil masing2 tanganku memegangi buah dada dan pantatnya
, ia tampak lebih tenang dan mulai menikmati vegynya yg kugenjot. aku mempercepat genjotanku, ia mendesah kuat dan memintaku lebih perlahan. aku menurut, aku coba untuk mengatur kecepatan enjotanku.
aku merasa tongkolku benar2 dijepit sesuatu yg hangat dan berlendir, aku benar2 menikmati vegynya. wajah Linda kini tampak penuh nafsu dan mulai mengikuti irama enjotanku.
beberapa menit berlalu, aku mulai mempercepat enjotanku dan ia mulai mengerang tanda ingin orgasme. BYUUURRR tongkolku serasa disiram oleh air susu yg hangat, dia mendesah nikmat untuk orgasme keduanya dengan sempurna. tak lama ia orgasme aku merasa tongkolku mulai tak tahan menahan kenikmatan, aku mempercepat enjotanku diiringi desahannya yg sesuai irama, saat enjotan nikmat yg cepat aku langsung mencabut tongkolku dan memuntahkan semua spermaku diatas perutnya, iapun hanya tertawa dan perlahan tangannya meraih tongkolku yg mulai melemas diatas perutnya. aku benar2 menikmati game ini, vegynya sangat luar biasa. aku masih berdiri diselangkangannya sambil membungkukan tubuhku, ia yg masih posisi mengangkang sambil tanganya mengocok lembut tongkolku dan berkata “ini ya yg masuk kedalam punyaku, pantes sakit” aku tersenyum dan perlahan aku merebahkan tubuhku disampingnya sedangkan tangannya masih saja mengelus2 tongkolku yg sudah lemas.
“enak banget ya, tapi aku takut hamil yank”katanya,”tenang aja kan aku ngeluarinnya diluar”jawabku dengan tenang. aku kembali menciumi bibirnya dengan lembut sedangkan tangannya tetap aktiv mengelus tongkolku, tongkolkupun mulai mengeras kembali. kini aku memintanya untuk ikut kekamar mandiku, kami mandi berdua dan terus bercumbu ria dibawah shower sambil menunggu bathupqu terisi penuh.
perlahan aku masuk kebathup dan ia mengikuti, kini aku ingin melakukannya didalam air. iapun masuk kedalam bathup dan kami kembali berciuman dalam kondisi bugil, aku langsung mengarahkan tongkolku yg sudah mengeras kedalam vegynya, posisi ini sangat sulit apalagi ia baru saja melepas keperawanannya tentu saja vegynya masih cukup sulit dibobol. namun aku berhasil, dan kami bermain dibathup, tak lama kugenjot mekinya iapun orgasme. karena aku merasa tak nyaman akupun memintanya untuk ganti gaya, kami keluar dari bathup dan aku memintanya untuk membungkuk (dogystyle) iapun menurut.
dalam gaya ini aku adalah rajanya, aku sangat leluasa dalam menggenjot vegynya. ia bertumpu pada dinding dibawah shower, untuk menambah gairah aku menyalakan shower sehingga permainan kami dibasahi oleh rintik2 air yg lembut. dia hanya mendesah nikmat sementara aku terus menggenjotnya. tak lama ia kembali orgasme, aku benar2 tak bisa menahan pejuku yg sudah diujung karena tembakan orgasmenya benar2 membuat tongkolku hangat. akupun tak tahan dan mencabut tongkolku dan menarik tangannya untuk mengocok tongkolku, dia menurut dan dengan sigap ia mengocoknya cepat. CrOOOt cRoooT pejuku menembak ke dada dan dagunya, iapun tertawa sementara aku mendesah nikmat. ia terus mengocok tongkolku dengan lembut hingga kami selesai mandi. setelah itu kami melakukannya sekali lagi diruang tamuku sebelum ia pulang.
keesokannya aku diundang dalam pertemuan organisasi pecinta alam, ditempat ini aku bertemu dengan seorang gadis sebut saja Reva. Reva adalah ketua dari salah satu organisasi yg cukup hebat juga dikota itu. umurnya 3 tahun lebih tua dariku, namun ia sangat menarik dan dia tipekal wanita yg bisa dibilang Sangat Cantik. aku langsung cepat dekat dengannya, dia anak yg sangat asyik untuk diajak bicara. dia juga anak dari seorang pengusaha yg kaya, dia tinggal sendiri dirumahnya karena nasib kami hampir sama.
hubunganku dengan Linda hanya bertahan dua hari setelah perkenalanku dengan Reva, hari itu aku sedang tidak sehat dan Linda datang untuk menjengukku. sengaja aku menyuruh pembantuku untuk tidak usah kerumah hari ini. aku dan Lindapun melakukan ritual seperti biasa dikamarku, tak berapa lama kami selesai ritual pertama terdengar bunyi bel rumahku. Reva datang untuk menjengukku, aku keluar hanya menggunakan boxer saja, aku tak terkejut melihat Reva karena aku sudah menelponnya sejak pagi bahwa aku sakit dan ini adalah salah satu bagian dari rencanaku. Linda menyusulku diruang tamu dengan menggunakan piyama, dengan tenang aku meminta mereka untuk berkenalan. aku tetap ngobrol dengan Reva diruang tamu, lalu Linda memanggilku dari dalam. akupun meninggalkan Reva diruang tamu dan menemui Linda diteras belakang rumah, “siapa dia?”tanya Linda. “dia temanku diorganisasi!” jawabku santai, “kamu suka dia ya?”tanyanya lagi, “yah ga tahu juga sih, mungkin iya mungkin ngga… sudahlah mending kamu pulang aja, ntar malem aku telpon” jawabku santai. Linda tertunduk diam tanpa expresi, lalu ia menuju kamar untuk ganti baju sedangkan aku kembali keruang tamu. Linda pamit denganku dan pergi meninggalkanku dan Reva diruang tamu, akupun tak merasa bersalah ataupun kasihan saat itu.
Reva sedikit bertanya tentang hubunganku dengan Linda, dengan santai aku menjawab apa adanya. Reva tampak tak perduli dengan jawabanku dan tetap tersenyum penuh harapan dariku,akupun memintanya untuk bersantai diteras belakang sambil menungguku membuat minuman. setelah itu aku berpura2 pusing dan ingin kembali kekamar karena aku hanya ingin melihat responnya. ternyata ia tak ingin pulang dan membiarkanku masuk kekamar. aku sengaja membiarkan pintu kamarku terbuka, tak lama aku dikamar iapun menyusul masuk. “aku ikutan tidur ya?”tanyanya seraya bercanda, “ya udah silahkan, anggap aja kamar sendiri”jawabku. iapun berbaring disebelahku, karena lelah setelah ritual bersama Linda tadi akupun tertidur sesaat.
tiba2 bibirku merasakan hangat karena sesuatu yg menyentuh lembut, aku tetap berpejam agar tak merusak situasi. bibirku terasa dilumat dengan lembut, dan kini aku memulai sandiwara seakan terkejut.
“Reva???” tanyaku dengan gelagat sok bingung, Reva tak terlihat kaget dan ia malah tersenyum sambil berkata “sorry… udah lama aku tahu tentang kamu, ga nyangka akhirnya bisa kenal ma kamu… tapi sayang kamu udah punya pacar,,, hmmm beruntung ya Linda bisa dapetin kamu!”… tanpa berkata lagi aku langsung melumat bibirnya, iapun membalasnya dengan liar, anak ini sangat pengalaman. kamipun bercumbu hebat diatas ranjang yg penuh noda itu, akupun langsung mebuka bajunya dan ternyata iapun membantu hingga membuka celananya. kini kami sama2 hanya memakai underwear, payudara besarnya yg masih tertutup oleh Bh menggesek-gesek dadaku. kami bercumbu dengan liar dan penuh nafsu, akupun tak sabar untuk membuka Bhnya, kini Bhnya bebas dari pelindung dan akupun langsung melumat putingnya.
Ia mengerang nikmat sambil tangannya mengelus elus tongkolku dari luar boxer, aku terus menjilati susunya sambil sesekali menggigit putingnya sementara ia tetap aktiv mengelus tongkolku. tanganku mulai menjamah senggamanya yg mulai basah, sementara mulutku berusaha melumat semua payudaranya. ia berhenti mengulas tongkolku dan membalikan tubuhku,kini aku dibawah kendalinya. ia melepaskan boxerku dengan lembut, tongkolku yg sudah tegang dengan gagah itupun langsung disambarnya. dikocoknya tongkolku dengn cepat sambil sesekali menjilatinya,aku hanya pasrah dalam kondisi nikmat yg hampir mirip dengan adegan pemerkosaan ini. diapun menguluym tongkolku dengan ganas, sesekali ia menggigit kepala tongkolku, itu sakit yg nikmat. karena tak tahan atas perbuatan liarnya itu, aku langsung menarik wajahnya dan melumat bibirnya dan langsung membalika tubuhnya.
aku lepaskan Cdnya dengan sedikit kasar dan langsung menyedot vegynya yg basah, ia mendesah nikmat dan aku semakin liar menyedot dan tanganku meremas pantatnya dan buah dadanya. ia berontak dan menarik tubuhku dan membuatku terlentang diatas ranjang, dia langsung jongkok diatas tubuhkun dan mengarahkan tongkolku kearah vegynya. BLESSSH,,, tongkolku masuk dengan cepat dan ia mulai menggenjot naik turun, desahan kamipun seirama. semakin bernafsu dia semakin liar, genjotannyapun makin beragam,naik turun dan goyang kiri kanan. akhhh,,, aku sangat terbuai dengan liarnya dosa yg nikmat itu, baru kali ini aku merasakan vegy dari seorang gadis yg begitu liar dalam berseks. ia makin mendesah kuat dan mempercepat genjotannya, aku mencoba memegangi badannya karena aku merasa sedikit tidak nyaman dengan enjotannya yg kasar. BYUUURSHHH,,, dia orgasme dan membuat tongkolku becek ga karuan, dia langsung menciumi tubuhku sampai kemulutku, dalam kondisi tongkolku masih didalam mekinya ia terus menggenjotnya.
akupun tak tahan dengan pembantaian secara sepihak ini, aku langsung mengangkat tubuhnya dan posisi kami berdiri untuk sesaat. aku memeluknya erat dan menggenjotnya dalam posisi berdiri.
lalu kuturunkan ia kekursi yg besar yg biasa kujadikan tempatku nyantai sambil maen game dikamarku itu. aku berusaha mengatur agar tongkolku tak tercabut dari liang senggamanya, setelah posisi ia duduk ngangkang dengan sempurna akupun langsung mempercepat genjotanku. ia mendesah kuat lagi, aku mulai tak mampu menahan nikmatnya vegy Reva. “aku mau keluar lagi…” katanya… “bentar aja, bareng”jawabku… desahan serentak kami benar2 sempurna… tak lama, Byurshhh… dia orgasme… Ah ah ahk… terus…. katanya. akupun keluar… CROOOT crooot… aku tembakan pejuku didalam liang senggamanya… ahhh… enak banget Rev… perlahan ia menempelkan tubuhnya dan memeluku dan terkulai lemas dilantai,aku dibawah dan ia diatas.
“uhhh enak banget,udah lama aku pengen gini ma kamu…!”katanya sambil menciumi dadaku dan sesekali menggigit puting mungilku,”aku juga senang banget bisa gini ma kamu, ga nyangka kamu hebat ya” jawabku. perlahan tongkolku mulai melemas didalam vegynya, tapi sesekali ia menggenjot dan menggoyangkan pinggulnya pelan. kami melakukannya lagi diruang TV keluarga dan dikamar mandi.
ssetelah hari itu aku tak pernah berjumpa atau menghubungi Linda lagi, aku asyik dengan hubunganku dan Reva. karena ia juga tinggal sendiri dirumahnya, kami pernah menghabiskan waktu selama 3 hari dirumahnya tanpa menggunakan busana. seks liar kami mainkan dengan gila dirumahnya, saat itu aku sadar bahwa Reva sangat mencintaiku dan tak ingin kehilangan aku. timku dan tim Revapun bergabung, kami sering camping bersama dan melakukan seks liar dihutan,pantai, bahkan kami pernah melakukannya didalam gua yg konon sangat angker. namun kegilaan dan liarnya kami membuat kami tak perduli pada apapun dan siapapun.
beberapa bulan berlalu, sampai suatu hari aku pergi clubing dengan Reva dan teman2 perempuannya, entah kenapa perasaanku sangat tidak enak saat itu. aku melihat seorang pria paruh baya bersama seorang gadis yg cantik dengan dandanan yg exotis. entah kenapa mataku tak lepas darinya, Reva asyik dugem dengan teman2nya dilantai bersama orang2 gila lainnya. saat pria itu menggandeng gadis cantik itu dan berjalan meninggalkan keramaian menuju pintu keluar, gadis itu sempat menatapku dan berlalu dipintu… aku sadar dan sangat mengenali wajah gadis itu, dia adalah Linda.
entah apa yg terjadi padaku, aku merasa bersalah, menyesal, sakit, cemburu, dan menderita diwaktu yg bersamaan. tak terasa air mataku mengalir, dan aku langsung lari keluar mengejar mereka. dari kejauhan aku melihat pria tua itu membukakan pintu mobil marcy E300 clasic dan meminta gadis itu masuk, sepintas gadis itu melihatku dan mereka melesat dihadapanku. aku bisa tahu mobil itu. (karena aku memiliki mobil yg sama dan aku juga maniak otomotif jadi aku sangat mudah mengenali tipe mobil meski hanya dari jauh). aku hanya berdiri tanpa ekspresi, lalu aku kembali kedalam. aku ambil minumanku dan meminumnya hingga habis, aku masih berdiri dengan penuh emosi dan sesaat aku langsung membanting gelasku sehingga semua terdiam sunyi, ruangan yg awalnya sangat hingar bingar itu kini sunyi dan semua mata menuju padaku, aku tak perduli. Reva langsung mendekatiku dan bertanya tapi aku diam dan meninggalkannya. aku pulang kerumah…
Reva menelpon namun tak kujawab. esoknya aku menemui Reva dirumahnya, ia menyambutku dengan ciuman mesra namun hanya sebentar dan aku mengelak. aku duduk diatas sofa ruang tamunya, dia duduk didepanku dan bertanya apa yg terjadi padaku….aku diam seribu bahasa,lalu aku berkata dengan tegas tapi tenang “hubungan kita tak bisa dilanjutkan, kamu harus meninggalkan aku dan menemukan pria yg lebih baik. keputusanku tak dapat dipertanyakan, semua berakhir Reva,,, hari ini juga… selamat tinggal!” aku diam dan menatapnya, wajah bingungnya berubah menjadi wajah tanpa expresi. lalu aku pergi meninggalkannya.
aku bingung dan tak tahu harus berbuat apa. esoknya salah satu teman Reva menelponku, dia bilang Reva tak bisa dihubungi dan memintaku untuk mengecek rumahnya. beberapa saat setelah itu akupun pergi kerumahnya, dari kejauhan aku melihat ada keramaian didekat rumahnya. aku memarkirkan mobilku agak jauh dari keramaian, aku melihat ada ambulance dan mobil polisi. salah seorang yg ada disitu berbicara pada temannya ” kasihan ya, koq bisa sih cewek itu bunuh diri?”… aku mendengarnya dengan jelas, aku termundur dan terdiam. aku langsung meninggalkan tempat itu dan pergi kevilla milik ayahku tak jauh dari kota.
telpon2 dan sms2 makian masuk keHPku, Linda gantung diri pada malam dihari aku memutuskan hubungan kami. rasa bersalahku tak dapat diungkapkan dengan kata2, aku habiskan 2minggu divillaku bukan karena takut akan polisi namun aku ragu untuk melanjutkan hidupku. teman2 timkupun datang kevilla, mereka tahu apa yg terjadi padaku. merekalah yg berusaha membangkitkan semangat hidupku. sangat sulit bagiku untuk melupakan dosa dan kesalahanku pada mereka, namun kebejatanku tetap saja ada hingga kejadian yg hampir serupa terjadi lagi satu tahun setelahnya, itu lah yg kuceritakan pada moment sebelum cerita ini.
cerita ini sangatlah memukul aku, karena aku menghancurkan dua jiwa sekaligus.
saat ini aku hidup dengan damai dan aku tidak sebejat dulu, aku berusaha hidup menjadi orang baik. tapi aku sadar, sampai kapanpun bayangan kebejatanku takkan hilang dari setiap mimpi2ku.
sekarang aku benar2 sadar, indahnya melakukan kesalahan namun lebih sakit setelah penyesalannya dan semua itu takkan berguna… penyesalan takkan berakhir…
ambilah maknanya dan hindari penyesalannya…

Tika, Istri Gelapku

Balas membalas email antara aku dan Tika boleh dibilang cukup lancar. Bayangkan saja sejak 4 Juni 2003 hingga saat ini, Tika tidak pernah alpa mengirim email padaku dan tentu saja sebaliknya aku tidak pernah alpa membalasnya secara otomatis pada saat itu juga. Sampai-sampai kami membuat kesepakatan untuk buka dan kirim email setiap hari Senin, Rabu dan Jum'at (3x seminggu). Banyak pengalaman dan informasi yang kami tukar. Mulai dari asal usul, pengalaman sex, ciri-ciri dan keinginan sex kami masing-masing serta jadwal pertemuan kami di kota makassar. Bahkan kami saling menginformasikan mengenai alat sensitif kami secara jujur, yang akhirnya saya kirimkan foto berkat pengajaran dari Tika soal cara mengirim foto lewat email, sebab saat itu saya masih awam dalam hal kirim mengirim foto lewat email.

Tidak kurang dari 25 kali kami saling membalas email, hingga sampai puncaknya pada tanggal 7 Oktober 2003, di mana kami betul-betul serius mau melakukan pertemuan secara langsung dan sekaligus memperaktekkan tentang pengalaman dan kebutuhan sex kami masing-masing. Saya tidak pernah yakin kalau perkenalan lewat email itu bisa mempertemukan kami secara langsung, apalagi jarak antara kota saya dengan kota tempat tinggal Tika sekitar 200 km lebih. Namun kenyataan menunjukkan bahwa janji dan keinginan sex kami bukan hanya isapan jempol dan teori saja, melainkan kami betul-betul berhasil bertemu muka, bahkan melakukan praktek bersama di salah satu wisma di Makassar.

Bagi Tika mungkin tidak terlalu sulit menemukanku di terminal setelah kami janjian ketemu di salah satu tempat di kompleks terminal Panaikan sebab dia telah menerima fotoku lebih dahulu yang kukirim lewat email. Tapi bagiku menemukan orang yang belum pernah kulihat sebelumnya, apalagi ciri-cirinya tidak sempat menjelaskan secara rinci di emailnya, tentu sangat sulit, sebab selain aku belum banyak pengalaman di kota Makassar, termasuk di terminal Panaikan, juga terlalu banyak wanita muda yang berkeliaran, apalagi aku belum yakin 100% atas janjinya mau menemuiku di terminal itu. Tapi aku tetap bertekad untuk ke Makassar siapa tahu bisa jadi kenyataan, kalaupun ia permainkan aku, kuanggap hal itu sebagai pengalaman buatku.

Jam 7.00 pagi saya sudah naik mobil dan berangkat meninggalkan rumah tempat tinggalku menuju kota makassar dengan alasan sama istriku bahwa ada urusan bisnis penting selama sehari di Makassar agar ia izinkan aku berangkat. Namun karena berbagai hambatan diperjalanan, maka aku terlambat 1 jam tiba di terminal sebagaimana rencana yang kusampaikan Tika semula. Sebelum aku turun dari mobil tumpanganku, aku tiba-tiba gemetar dan merasa takut kalau-kalau dia lebih dahulu memperhatikanku dan aku juga diliputi rasa was-wasa jangan-jangan dia mau menjebakku dengan membawa pasukannya atau teman laki-lakinya ke terminal serta berbagai macam dugaan yang muncul dibenakku.

Mataku mulai membelalak sejak mobil belok ke kanan dan berhenti di depan loket pembayaran retribusi hingga memasuki pelataran parkir. Aku turun dan membayar sewa mobil sambil berusaha tersenyum sendirian dengan perasaan tidak menentu kalau-kalau dia telah memperhatikanku. Akibat konsetrasiku mencari seorang gadis muda yang sedang bingung mencari seseorang, maka hampir aku kecolongan memberi uang kepada orang lain yang tidak kukenal. Untung saja orang itu tidak segera mengambil uang yang kusodorkan itu, sebab ternyata yang kuserahkan sewa mobilku bukan sopir mobil itu, melainkan orang lain yang kebetulan mencari muatan buat mobilnya. Ini gara-gara terlalu gembira mau ketemu dengan seorang gadis yang belum tentu datang ke terminal itu, apalagi bodi dan ciri-ciri pakaiannya belum jelas sama sekali. Kejadian itu pasti tidak pernah terlupakan seumur hidupku.

Sekitar 20 m aku bolak balik dari pelataran paling bawah ke pelataran paling atas di terminal itu, bahkan hampir semua warung dan tempat duduk-duduk para penumpang bis aku intip tanpa ada rasa segan, meskipun aku tetap agak malu kalau-kalau ada penumpang dari kotaku asalku yang mengenal dan memperhatikanku, yang bisa saja melaporkan sikapku itu pada istriku nanti. Setelah capek keliling, akhirnya aku putuskan untuk masuk wartel lalu menghubungi HV-nya, sebab lewat emailku sebelumnya aku telah berpesan agar tidak dimatikan HV-nya hari itu.

"Halo, Tika yah? di mana kamu sekarang? aku ini ada di terminal mencarimu sejak tadi" demikian kata saya melalui telepon.
"Halo, betul ini Tika. Saya ada di kampus sekarang lagi makan siang ama teman-teman di warung kampus nih. Tunggu aja di situ yah, aku akan segera meluncur ke sana, tapi tepatnya kamu nunggu di mana yah?" itulah jawaban Tika saat itu seolah menunjukkan keseriusannya mau ketemu denganku.
"Oke sayang, aku akan setia menunggumu di depan wartel belakang pos pungutan retribusi masuk, sudah ngga tahan nih mau ketemu denganmu" demikian jawaban singkat saya saat itu.

Hampir setiap mobil, terutama petek-petek dan taxi kuamati isinya dan penumpang yang turun kalau-kalau ia naik kendaraan itu, meskipun sesekali juga kuperhatikan motor yang lewat jangan sampai ia naik motor. Hanya dalam waktu sekitar 20 menit kemudian, aku tiba-tiba mendengar suara panggilan dari sebelah kiri di mana aku duduk dengan sedikit tertahan, "Halo-halo, eh-eh," ternyata suara itu adalah berasal dari seorang gadis muda yang sedang menjinjing tas mahasiswa, yang nampaknya diarahkan padaku.

Akupun segera berbalik ke arahnya, namun ia segera berjalan berputar di samping mobil yang ada di belakangku. Walaupun sedikit ragu, tapi keyakinanku lebih besar mencurigai kalau wanita itu adalah Tika yang sejak tadi aku tunggu, aku cari dan aku idam-idamkan selama ini. Sambil mengikuti langkah kakinya, getaran jantungku semakin dag dig dug, dan tiba-tiba ia membalikkan wajahnya sehingga kami berhadap-hadapan dan saling menatap sejenak di tengah-tengah keramaian penumpang yang ada di terminal itu, hanya 30 cm jaraknya.

"Kamu Aidit khan" katanya dengan suara yang lembut.
"Yah, dan kamu Tika khan" aku balik bertanya dengan mengarahkan telunjukku pada wajahnya sambil kami tersenyum.

Entah apa yang bergejolak di pikirannya saat itu, tapi yang jelas aku rasanya ingin langsung memeluk tubuhnya, untung segera kusadari kalau tempat ini dihuni oleh banyak orang, yang tidak mustahil ada yang mengenal kami. Tanpa banyak basa basi lagi, ia segera naik mobil petek-petek dan akupun segera mengikutinya bagaikan kerbau yang dicocok hidungnya. Di dalam mobil, kami banyak membicarakan soal ketidakpercayaan kami atas pertemuan ini, bahkan pengakuannya ia sedikit agak kesal dan hampir putus asa menunggu sejak pukul 10.00 pagi tadi di terminal sesuai informasi yang telah kusampaikan, namun aku berkali-kali minta maaf atas keterlambatan tiba di terminal mobil yang kutumpangi itu.

Dari 2x pindah petek-petek menuju wisma yang telah ia janjikan dalam emailnya, kami tidak pernah kehabisan bahan bicara, bahkan kami duduk sangat rapat, sehingga anginpun sulit melewati perantaraan duduk kami. Tubuh kami seolah melengket pakai lem tanpa ada perasaan malu sedikit pun dari penumpang lainnya. Dalam hati saya biar mereka memperhatikan kami toh mereka tidak mengenal kami. Kami bagaikan suami isteri yang baru ketemu setelah sekian lamanya berpisah. Betul-betul saling melepaskan kerinduan. Sekitar 30 m dari wisma yang kami tuju, Tika tiba-tiba menghentikan mobil lalu turun dan akupun mengikutinya. Maklum aku belum banyak kenal kota Makassar. Meskipun aku tetap selalu berusaha untuk membayar sewa petek-petek setiap turun, tapi selalu saja Tika mendahuluiku atau aku kalah cepat membayarnya. Sebagai seorang pria, akupun merasa berat dan malu, tapi Tika nampaknya betul-betul mau membuktikan janjinya untuk memberikan layanan 100% jika aku datang menemuinya di Makassar.

Rencana pertemuan kami di kota Makassar betul-betul sudah sangat matang, sebab kami telah membeberkan kelemahan dan keterbatasan kami masing-masing lewat email, namun kami tetap saling berjanji akan menerima apa adanya, yang penting tujuan kami hanya satu yaitu saling memberi kepuasan sex sesuai kemampuan dan pengalaman serta keinginan kami masing-masing. Pekerjaan, keuangan dan penampilan, bahkan usia, kami telah sepakat untuk tidak mempersoalkannya. Demikian seriusnya Tika mau menyenangkan diriku, sehingga ia siap membantu membayar sewa kamar wismanya dan siap memberikan tubuhnya sepenuh hati buatku serta mengorbankan perasaannya demi kebahagiaanku nanti. Bahkan kami telah janjian untuk saling menjilati kemaluan dan mencukur bulunya sebelum pertemuan, sampai-sampai ia memberitahukan jadwal tamu bulanannya agar kedatanganku nanti tidak bertepatan agar ia dapat melayaniku 100%.

Sebelum kami masuk wisma tersebut, Tika menyempatkan diri membeli aqua besar untuk keperluan dalam kamar nanti. Entah buat minum atau apa saja yang membutuhkan air. Setelah membayarnya, Tika meminta aku membawa air itu dan apapaun rasanya diperintahkan oleh Tika saat itu pasti kuturuti karena keseriusannya melayaniku, padahal Tika adalah seorang gadis muda, mulus, berkulit putih dan menggairahkan bagiku, apalagi seorang mahasiswi. Sementara aku termasuk sudah setengah baya yang berkulit hitam dan keriput, punya istri dan 3 orang anak lagi. Siapa tidak bahagia dan mangga berteman, apalagi bercinta dengan wanita seperti Tika itu yang ikhlas berkorban untuk kesenangan aku.

"Tik, apa wisma ini cukup aman buat kita? dan apa selama ini ngga sering-sering dirazia oleh petugas?" tanya saya pada Tika saat kami barengan masuk pintu wisma itu sambil mengawasi di sekelilingnya.
"Ngga taulah, sebab baru satu kali aku ke sini sewaktu pacarku membawaku dengan tujuan yang sama sampai aku tahu tempat ini, dan itupun sudah lama" jawabnya sambil menceritakan soal peristiwa persenggamaannya dengan pacarnya tempo hari di wisma tersebut.
"Mudah-mudahan aja ngga terjadi apa yang kita khawatirkan" katanya lebih lanjut.

Selesai kami lihat tarif dan kamar yang kosong pada serlembar kertas di atas meja pelayanannya, Tikapun membuka dompetnya dan aku usulkan untuk gabung saja biar lebih ringan pembayarannya. Waktu itu, kami hanya membayar Rp. 55.000 untuk 6 jam, sebab nampaknya kamar lainnya penuh semua, dan kupikir 6 jam itu cukup lama buat kami yang tidak rencana menginap. Bisa kami selesaikan beberapa ronde.

Tepat pada jam 2.00 siang, kami telah masuk di wisma yang tidak perlu saya sebutkan namanya itu. Setelah kami bayar, kami lalu naik ke lantai dua mengikuti petugas wisma dan masuk ke sebuah kamar yang dilengkapi dengan air minum, kamar kecil, TV color 14 inc dan sprinbad yang cukup besar ukurannya. Setelah petugas keluar dari kamar, tinggallah kami berdua dalam kamar. Tika menutup dan mengunci rapat pintu kamarnya lalu menutup semua gorden, lalu masuk sebentar ke kamar kecil lalu berbaring di atas rosban dengan pakaian masih lengkap. Sedangkan aku terlebih juga lebih dahulu masuk kamar kecil buat buang air, lalu ikut berbaring disamping Tika. Sambil berbaring dengan pakaian masih lengkap, kami bincang- bicang dan saling mengutarakan rasa kerinduan kami selama ini. Tanpa aku sadar, tangan kananku sudah memeluk tubuh Tika dan Tikapun tampaknya tidak segan-segan lagi membalas pelukanku, sehingga kami saling berpelukan dalam keadaan berbaring menyamping.

"Aku sangat merindukanmu sayang, ingin sekali memelukmu" ucapanku sedikit berbisik ketika wajah kami sudah saling menyentuh sehingga napas kami sudah saling beradu.
"Aku juga sangat rindu padamu suamiku, mari kita lepaskan kerinduan kita" jawabnya sambil memasukkan lidahnya dalam mulutku, sehingga kami saling mengisap, saling bergumul dan memainkan lidah dalam mulut kami masing-masing.

Permainan mulut dan lidah kami berlangsung semakin rapat dan cukup lama, sampai kami merasa terengah-engah akibat kecapean mengisap. Bahkan aku lupa mandi sesuai kesepakatan kami semula ketika kami saling berhadap-hadapan di tempat tidur itu. Demikian serunya permainan mulut kami, sehingga tidak ingin rasanya ada istirahat sejenak dan melewatkan kesempatan sedetikpun dalam kamar itu mumpung masih sempat.

Sambil bermain lidah, saya mencoba memasukkan tangan kananku ke dalam baju kain Tika hingga masuk ke dalam BH-nya yang ukurannya cukup sederhana. Sebagai seorang gadis yang jam terbangnya dalam dunia sex masih cukup terbatas bila dibanding dengan jam terbangku, tentu ia tidak tahan lama dipermainkan payudaranya, apalagi saya remas-remas kedua payudaranya dengan lembut dan sesekali menindis-nindis putingnya yang mulai mengeras dan menonjol itu. Ia tidak mampu lagi sembunyikan kenikmatan yang ia rasakan dan terasa ia mulai terangsang, yang sangat kedengaran dari suaranya yang mengerang-erang kecil. Utungnya tidak ada orang yang dekat dengan kamar itu, sebab memang kamar itu berada dibagian paling depan dan disudut wisma sehingga kami leluasa bersuara agak keras sebagai tanda kenikmatan yang kami alami.

"Ngga mau mandi dulu Kak?" katanya mengingatkanku, karena kebetulan aku keringatan akibat perjalanan jauh dari daerah tadi.
"Nantilah, setelah kita bermain-main dulu, biar kita lebih lama bercumbu rayu" jawabku sambil tetap memainkan lidah ke dalam mulutnya dan meremas-remas teteknya yang montok itu. Namun karena ia nampaknya sudah sangat terangsang, ia tiba-tiba melepaskan pelukannya dan mengeluarkan lidahku dari dalam mulutnya lalu duduk sambil satu demi satu ia buka kancing bajunya hingga terlepas dari badannya. Aku hanya mampu menatap indahnya tubuh seorang gadis mahasiswi. Mulus dan putih, namun sedikit agak gemuk sebanding dengan gemuk tubuhku, meskipun ia sedikit pendek dari ukuran badanku. Warna kulit kami sangat kontras karena kulitnya putih sementara kulitku agak hitam.

Setelah ia melepaskan baju kain yang dikenakannya, ia lalu kembali berbaring. Akupun melepaskan baju lengan panjang yang kukenakan seperti halnya pagawai kantoran saja. Kami kembali berpelukan dan bergumul di atas kasur yang empuk. Kali ini aku menindihnya meskipun ia masih mengenakan BH warna putih, sementara aku masih mengenakan baju dalam. Namun hal itu tidak sampai bertahan lama, sebab aku tidak tahan lagi mau segera melihat isi dalam BH-nya, sehingga aku lepaskan kaitnya dari belakang lalu meremas-remas secara bebas dengan kedua tanganku, bahkan segera kujilati dan mengisap-isap putingnya yang agak bulat dan sedikit membesar. Sehingga ia kegirangan seolah ingin teriak ketika aku maju mundurkan mulutku pada putingnya, yang kedengaran bunyinya akibat air liurku yang membasahinya.

Tanpa aba-aba dari Tika, sayapun segera merosot rok panjang yang dikenakannya, lalu kugigit-gigit dan kutusuk-tusuk kemaluannya dari luar celana dalamnya. Dari luarnya menggambarkan kalau daging yang terbungkus CD-nya itu sangat montok dan kenyal serta sedikit mulai basah. Aku tak mampu lagi bertahan menjilatinya dari luar, sehingga aku segera saja menariknya keluar lewat kedua kakinya. Ternyata dugaanku benar, di antara selangkangan Tika terdapat seonggok daging yang cukup empuk dengan tonjolan daging mungil antara kedua belahannya Nampah warnanya agak kemerahan dan kulit disekelilingnya juga berwarna putih seolah baru saja dicukur bulu-bulunya sesuai permintaanku dalam emailku sebelum pertemuan. Kini Tika dalam keadaan bugil penuh sambil baring dengan merenggangkan kedua paha yang menjepit daging empuk itu.

Tanpa aku tatap lama-lama, aku segera menjulurkan lidahku menelusuri daging empuk yang terbelah dua itu. Nampaknya aku tidak terlalu sulit masukkan lidah ke lubang tengahnya itu, karena memang sudah beberapa kali ditusuk dan dimasuki benda tumpul alias kontol sebelum kami sebagaimana pengakuannya lebih dahulu padaku lewat emailnya bahwa ia telah beberapa kali berhubungan sex dengan pacarnya, namun tidak sampai memuaskannya. Semakin lama semakin kupercepat gocokan lidahku kedalam memeknya sehingga mengeluarkan bunyi seperti kucing yang menjilat air. Tika semakin histeris dan menggerak-gerakkan pinggulnya serta dia mengangkat tinggi-tinggi kedua kakinya hingga ujungnya bersentuhan dengan bahunya sambil tetap merenggangkannya. Aku semakin leluasa memasukkan lidahku lebih dalam dan memutar-mutarnya sehingga terasa memek Tika semakin mengeluarkan cairan yang membasahi seluruh dinding lubang memeknya.

"Aduh.. Kak.. enak sekali Kak.. terus Kak.. aahh.. uhh.. mm.." hanya suara itulah yang berulang-ulang keluar dari mulut Tika ketika aku menggerak-gerakkan ujung lidahku pada lubang memeknya.
"Kamu merasa enak sayang? Bagaimana sekarang? Saya masukkan saja?" pertanyaan saya sambil kupermainkan lidahku dalam lubangnya.
"Auh.. hee, ohh.. ehh.. mm.." Suara itu semakin menaikkan rangsanganku sehingga akhirnya aku secara berturut-turut membuka celanaku satu demi satu dengan dibantu oleh Tika sampai tubuhku sudah telanjang bulat.

Kini kami saling bugil dan aku sedikit mundur persis di belakang pantatnya sambil berlutut dan mengarahkan ujung kontolku pada memek Tika yang sudah basah dan sedikit terbuka itu. Sebelum aku sempat menusukkan ujung penisku ke lubang memek Tika, Tika terlebih dahulu meremas dan mengocok-gocok dengan tangannya sehingga aku semakin tidak tahan lagi bermain-main di luar. Kini senti demi senti kudorong ke depan hingga ujung kemaluanku pas tertuju pada lubang kemaluannya. Tika hanya membantu dengan kedua tangannya membuka kedua bibir memeknya itu, sehingga kontolku dapat menembus lubang memeknya dengan mudah. Aku mengangkat tinggi-tinggi kedua kakinya hingga ujungnya berada di atas kedua bahuku. Kurasakan kontolku masuk menyelusup ke dalam memeknya Tika tanpa suatu kesulitan yang berarti hingga seluruhnya amblas. Tika semakin mengerang dan napasnya terengah-engah bagaikan orang yang lari dengan kencangnya. Suara dan napas kamipun saling memburuh, sekujur tubuh kami dibasahi oleh keringat. AC di kamar itu nampaknya tidak terasa pengaruhnya.

Tika menarik pinggulku dengan keras dan akupun menekan kontolku ke dalam memeknya juga dengan keras sehingga peraduan antara kontolku dengan memeknya semakin dalam dan kencang. Genjotan kontolku semakin kupercepat sampai-sampai peraduan paha kami menimbulkan suara cukup besar. Kami sempat memperhatikan gerakan-gerakan kami itu di cermin besar yang ada di samping tempat tidur, yang diselingi dengan suara TV 14 inch yang sengaja kami keraskan suaranya agar tidak sampai orang curiga atas perbuatan kami dalam kamar.

Keringat yang membasahi tubuh kami semakin bercampur, sehingga terasa tubuh kami saling lengket. Tika nampaknya tidak puas dengan posisi di bawah, iapun segera mengeluarkan kontolku dari dalam vaginanya lalu merobah posisi. Ia dengan sigapnya mengangkangiku lalu memasukkan kembali kontolku dalam vaginanya lalu ia dengan cepatnya menggerakkan pinggulnya ke kiri dan ke kenan, ke bawah dan ke atas, sehingga aku semakin sulit menahan lahar hangat yang tertampung dalam penisku. Bahkan ia menawarkan padaku untuk membalikan tubuhnya membelakangi wajahku agar ia dapat dengan jelas mengamati gerakan-gerakan kami lewat cermin, namun aku menahannya agar tidak mengeluarkan lagi kontolku dari dalam vaginanya sebab terasa aku sudah sangat mendesak ingin muncratkan spermaku.

Mungkin pengaruh capek habis naik mobil dari jauh barusan, sehingga aku betul-betul kecapean dan sulit lagi mempertahankan gejolak sperma yang memaksa ingin keluar. Tanpa seizin Tika, spermaku kutumpahkan dalam vaginanya meskipun aku masih terus memompa memek Tika dari bawah dan mengikuti gerakan Tika hingga betul-betul kontolku keluar dengan sendirinya karena kehabisan cairan dan tenaga.

"Istirahat aja dulu Kak kalau capek, saya ngerti kok Kakak ini terlalu capek habis naik kendaraan hampir seharian" kata Tika dengan bijaksana sambil turun dari atasku lalu berbaring di sampingku.

Ia nampaknya tidak kecewa dan cukup mengerti atas keadaanku, sebab masih banyak kesempatan untuk mengulangi permainan kami sebentar. Apalagi sebelum kami melakukan semua itu, ia pernah berjanji akan memuaskanku dan ia tidak bakal kecewa atas keterbatasanku serta tidak terlalu menuntut untuk dipuaskan jika aku tidak mampu.

Mendengar kata-kata Tika itu, aku merasa malu dan tidak tau harus berbuat apa, sebab janji yang pernah kuucapkan pada emailku untuk memuaskannya, ternyata tidak mudah aku jadikan kenyataan. Entah, apa aku yang terlalu lemah dan loyo atau Tika yang terlalu kuat dan tidak mudah mencapai puncak kenikmatan seperti yang pernah disampaikanku lewat email bahwa sudah beberapa kali ia bersetubuh dengan pacarnya tapi ia tidak pernah merasakan puncak kenikmatan sex. Apalagi usiaku jauh lebih tua di atas 10 tahun dari usianya, sehingga seharusnya aku perlu obat penambah kekuatan dan daya tahan untuk mengimbanginya. Namun aku terlalu ceroboh dan kurang memperhitungkannya, sehingga aku terpaksa KO lebih awal sebelum ia ada tanda-tanda akan puas. Aku terlalu mengandalkan pengalamanku yang mempunyai jam terbang lebih banyak dari dia, apalagi selama ini hampir semua wanita yang kusetubuhi merasa KO lebih dulu karena kemampuanku dalam merangsang.

"Maaf yah sayang, aku terlalu capek dari daerah, seharusnya istirahat lebih dulu sebelum kita berperang di atas kasur ini" kata saya untuk memberi alasan agar ia tidak putus harapan.
"Nga apa-apa kok Kak, saya khan tidak terlalu berharap dari Kak untuk dipuaskan, sebab saya hanya mau melihat Kakak puas dan bahagia bersamaku apalagi saya memang tidak mudah mencapai kepuasan sex Kak" jawabnya dengan sedikit tersenyum tanpa ada rasa kecewa sedikitpun diwajahnya.
"Kakak janji, ronde kedua nanti, akan kuusahakan agar Adik bisa juga merasakan nikmatnya sex. Saya malu dan tidak mau dikatakan hanya mementingkan diri sendiri, apalagi pasti akan membuat kenangan buruh dihati adik sepanjang masa, kita istirahat sejenak aja dulu Dik" begitulah ucapan saya pada Tika mencoba memberi harapan yang besar.

Setelah aku ke kamar mandi membersihkan kemaluanku, saya kembali berbaring disamping Tika dan berusaha merayu, memeluk dan mencium bibir dan keningnya serta mengelus-elus puting susunya. Tiba-tiba aku teringat pada vitamin yang sengaja kubawa dari daerah sebagai obat yang dapat mengembalikan kondisi tubuh, khususnya bagi yang berusia lanjut. Aku bangkit dari tempat tidurku, lalu menelannya 2 biji, lalu kembali berpelukan dengan Tika di atas kasur empuk itu. Ternyata tidak sia-sia, hanya dalam beberapa menit saja, kontol saya mulai terasa mengeras kembali, apalagi setelah dipegang-pegang oleh Tika.

"Yuk, kita mulai lagi" kataku sambil tersenyum pada Tika.
"Apa Kakak sudah siap lagi? Istirahat aja dulu sebentar Kak, waktu kita masih ada beberapa jam lagi di wisma ini" katanya seolah tidak mau memaksa kemampuanku.

Sambil berkata begitu, Tika mulai meremas-remas kontolku dan nampaknya ia juga sangat menginginkan hal itu. Tika segera bangun dan kembali mengangkangi tubuhku lalu mencoba memasukkan kontolku ke dalam memeknya yang masih basah karena belum dicuci. Ia sengaja saya minta agar lebih aktif dari aku, karena aku masih agak kecapean. Kontolku yang sudah mengeras kembali itu tidak terlalu sulit dimasukkan sampai seluruhnya amblas ke dalam lubang memeknya. Tikapun mulai menggenjot terus dan kembali menimbulkan bunyi khas, bahkan kali ini ia berbalik membelakangi wajahku sehingga ia tertawa kecil melihat gerakannya pada cermin di sudut kamar itu. Setelah ia puas memandangi posisi kami, Tika lalu turun dan mencoba nungging di depan saya. Sayapun mengerti maksudnya. Berkali-kali aku arahkan ujung penisku pada memeknya yang agak sedikit menganga dari belakang, tapi selalu saja mengenai lubang duburnya, sehingga ia menegurku karena merasa kesakitan.

Mungkin Tika atau saya yang kurang cocok dengan posisi itu, sehingga kami tidak jadi menerapkan posisi nungging itu, melainkan Tika kuminta berbaring terlentang lalu aku kembali menindihnya dan memasukkan kontolku dengan mudah lalu menggenjotnya dengan lebih keras dan cepat. Kali ini berlangsung agak lama daripada ronde pertama tadi.

"Ngomong ya Kak jika kau mau muncrat supaya aku tahu" katanya berbisik.
"Yah sayang, tapi masih jauh rasanya" jawabku singkat.

Peluh kami mulai bercucuran dan basah sekali sekujur tubuh kami. Walaupun aku telah berusaha menahan spermaku untuk tidak terlalu cepat keluarnya, namun tetap saja Tika belum ada tanda-tanda akan mencapai puncaknya.

"Auh.. iihh.. eehh.. aahh.. uuhh.." itulah suara-suara yang menyertai gerakan pinggul Tika ketika aku semakin mempercepat gerakan pantatku menekan pnisku masuk lebih dalam lagi. Sementara aku tetap berusaha untuk tidak mengeluarkan suara meskipun aku merasakan suatu kenikmatan yang luar biasa dibanding aku bersetubuh dengan istriku.
"Bagaimana sayang, masih jauh? Aku sudah mulai mau keluar nih, nga apa-apa khan saya keluarkan di dalam saja?" kataku berterus terang.
"Silakan Kak, aku sudah makan obat pengaman, ngga bakalan hamil kok, ibuku khan bidan, jadi mudah kudapatkan obat seperti itu" katanya meyakinkanku.

Tidak seberapa lama kemudian, akupun muncrat dalam vaginanya dan kali ini Tika merasakannya dengan denyutan kontolku. Aku tetap berusaha menahan kontolku dalam memeknya, sehingga ia merasa hampir mencapai puncaknya.

"Kak, kayaknya aku sudah mau keluar nihh, auhh, mm.. hh" Katanya sambil terengah-engah dan bersuara agak keras.
"Bagaimana, sudah hampir sayang? Saya capek sekali nih" kataku terus terang mengalah, sebab kontolku sudah mulai loyo dan kehabisan tenaga sehingga sulit sekali bertahan di dalam.

Kontolku dengan sendirinya keluar dari dalam memek Tika, sehingga kamipun berhenti bergoyang, nampun Tika tetap tidak menunjukkan kekecewaan dan putus asa di wajahnya.

"Aku telah merasa sedikit lebih puas dari ronde pertama tadi atau mungkin tadi aku udah muncrat tapi aku ngga mengetahuinya" demikian katanya seolah bahagia dan senang atas pertarungan kami di ronde ke-2.
"Kita masih punya waktu sekitar 3 jam lagi di kamar ini sayang, mudah-mudahan kita masih bisa lanjutkan ke ronde yang ke 3, kita habiskan saja semua sisa-sisa kemampuan kita di tempat ini, sebab kapan lagi kita dapat kesempatan seperti ini" kataku penuh harap.
"Kalau sudah capek dan nga mampu lagi Kak, ngga usah diteruskan dan dipaksakan, khan sudah sama-sama kita merasakan suatu kenikmatan yang cukup, nanti lain kali aja kita bisa lakukan, saya selalu siap kok kapan aja Kakak mau asal beritahu lebih dulu" kata Tika dengan santun dan penuh penghormatan serta kasih sayang padaku, sehingga aku merasa tidak enak dan berat padanya.

Kali ini, aku kembali ke kamar mandi membersihkan penis saya yang berlepotan dengan sperma, dan Tikapun menyusul, lalu kami sama-sama mengenakan CD kemudian berbaring sambil berpelukan, bermesraan, bahkan aku berusaha terus merangsangnya, terutama di bagian payudaranya dengan mengisap-isap putingnya dan meremas-remasnya serta mengecup pipinya. Kami saling bercanda dan bersenda gurau layaknya suami istri yang seolah tidak ada beban dan ketakutan sama-sekali. Cukup lama kami bermain-main di atas tempat tidur itu tanpa pakaian kecuali CD. Sesekali Tika menyentuh penisku dan meremas-remasnya dari luar CD, sedang aku juga menyentuh dan mengelus-elus vaginanya.

"Kak, istirahat saja dan tidurlah, biar lebih segar perasaannya, aku rasanya ngga capek dan nga ngantuk" katanya merayuku berkali-kali agar aku berusaha tidur. Tapi aku selalu takut kalau-kalau ia meninggalkan aku sendirian dalam kamar itu, sehingga mataku juga tidak mau tertidur apalagi sulit lagi kami dapatkan kesempatan emas seperti ini.

Entah pengaruh dari mana, tapi yang jelas tiba-tiba kontolku kembali tegang dan bergerak-gerak dalam CD-ku, sehingga dirasakan pula oleh Tika yang sedang berbaring di bagian bawah perutku. Mungkin akibat vitamin yang kutelan tadi atau karena senda gurau kami yang terlalu asyik. Tika tiba-tiba bangkit dan duduk di sampingku sambil tertawa.

"Wah, ternyata bangun lagi Kak, apa Kakak masih siap melanjutkannya untuk ronde yang terakhir sebelum kita keluar dari wisma ini kak?" tanyanya dengan tersenyum dan nampak ia gembira melihat reaksi itu.
"Boleh saja, tapi isap dulu donk biar lebih keras dan membesar lagi agar dapat bertahan lebih lama" jawabku dan meminta ia lebih aktif.
"Ayolah, mari kita coba mulai" katanya terburu-buru sambil membuka CD-ku dalam keadaan aku tetap terlentang. Hangat dan nikmat sekali.
"Ahh.. usst.. oohh.. aduhh.. eenakk sekali sayang.." begitulah eranganku berkali-kali ketika Tika meraih dan memasukkan kontolku ke dalam mulutnya lalu menggocok-gocoknya dengan mulut.

Setelah aku merasa kontolku cukup keras dan membesar lagi dalam mulut Tika, aku dengan segera bangkit dari tidurku lalu menarik celana dalam Tika hingga keluar semuanya. Kali ini aku tarik Tika berbarik sambil miring sehingga kami berhadap-hadapan, lalu aku coba mengangkat satu pahanya ke atas dan memasukkan pahaku ke dalam selangkangannya, lalu menusukkan kontolku ke lubang memeknya hingga amblas seluruhnya.

Beberapa menit kami dalam posisi seperti ini sambil kami menggerak- gerakkan pantat maju mundur, akupun mengangkat Tika ke atasku sehingga ia menindihku tanpa melepaskan kontolku dari kemaluannya. Kali ini Tika dengan keras dan cepatnya menggoyangkan pinggulnya maju mundur dan kiri kanan, bahkan ia menarik kepalaku ke atas sehingga kami setengah duduk lalu duduk dengan meletakkan kedua pahanya di atas kedua pahaku, lalu pinggul kami bergerak seirama seolah kami saling mendorong dan menarik. Kami tidak mengubah lagi posisi hingga kami sama-sama mencapai puncak kenikmatan, meskipun aku yakin jika Tika belum mencapai kenikmatan sex 100%, tapi ia mengaku telah merasa puas merasakan kenikmatan sex yang belum pernah ia alami sebelumnya.

Selesai membersihkan badan dan berpakaian lengkap, kami saling mengecup dan ciuman sebagai tanda terima kasih sekaligus perpisahan sementara karena aku mau pulang ke daerah asalku. Kami berjanji akan mengulangi lagi setiap ada kesempatan.

Jumat, 21 Mei 2010

Aku dipakai anak kost

Jumat, 21 Mei 2010
Namaku Evita dan Suamiku Edo. Kami baru satu tahun melangsungkan perkawinan, tapi belum ada pertanda aku hamil. Sudah kucoba berdua periksa siapa yang mandul, tapi kata dokter semuanya subur dan baik-baik saja. Mungkin karena selama pacaran dulu kami sering ke Discotik, merokok dan sedikit mabuk. Itu kita lakukan setiap malam minggu selama tiga tahun, selama masa pacaran berlangsung.

Suamiku seorang sales yang hampir dua hari sekali pasti ke luar kota, bahkan kadang satu minggu di luar kota, karena rasa kasihannya terhadapku, maka dia berniat untuk menyekat rumahku untuk membuka tempat kost agar aku tidak merasa sendirian di rumah.

Mula-mula empat kamar tersebut kami kost-kan untuk cewek-cewek, ada yang mahasiswa ada pula yang karyawati. Aku sangat senang ada teman untuk ngobrol-ngobrol. Setiap suamiku pulang dari luar kota, pasti dibawakan oleh-oleh agar mereka tetap senang tinggal di rumah kami. Tetapi lama-kelamaan aku merasa makin tambah bising, setiap hari ada yang apel sampai larut malam, apalagi malam minggu, aduh bising sekali bahkan aku semakin iri pada mereka untuk kumpul bersama-sama satu keluarga. Begitu suamiku datang dari luar kota, aku menceritakan hal-hal yang tiap hari kualami, akhirnya kita putuskan untuk membubarkan tempat kost tersebut dengan alasan rumah mau kita jual. Akhirnya mereka pun pada pamitan pindah kost.

Bulan berikutnya kita sepakat untuk ganti warna dengan cara kontrak satu kamar langsung satu tahun khusus karyawan-karyawan dengan syarat satu kamar untuk satu orang jadi tidak terlalu pusing untuk memikirkan ramai atau pun pulang malam. Apalagi lokasi rumah kami di pinggir jalan jadi tetangga-tetangga pada cuek. Satu kamar diisi seorang bule berbadan gede, putih dan cakep. Untuk ukuran harga kamar kami langsung dikontan dua tahun dan ditambah biaya perawatan karena dia juga sering pulang malam.

Suatu hari suamiku datang dari luar kota, dia pulang membawa sebotol minuman impor dan obat penambah rangsangan untuk suami istri.
Suamiku bertanya, "Lho kok sepi-sepi aja, pada ke mana."
"Semua pada pulang karena liburan nasional, tapi yang bule nggak, karena perusahaannya ada sedikit lembur untuk mengejar target", balasku mesra.

Kemudian suamiku mengambil minumannya dan cerita-cerita santai di ruang tamu, "Nich sekali-kali kita reuni seperti di diskotik", kata suamiku, "Aku juga membawa obat kuat dan perangsang untuk pasangan suami istri, ntar kita coba ya.."
Sambil sedikit senyum, kujawab, "Kangen ya.. emang cuman kamu yang kangen.."
Lalu kamipun bercanda sambil nonton film porno.
"Nich minum dulu obatnya biar nanti seru.." kata suamiku.
Lalu kuminum dua butir, suamiku minum empat butir.
"Lho kok empat sih.. nanti over lho", kataku manja.
"Ach.. biar cepat reaksinya", balas suamiku sambil tertawa kecil.

Satu jam berlangsung ngobrol-ngobrol santai di ruang tamu sambil nonton film porno, kurasakan obat tadi langsung bereaksi. Aku cuma mengenakan baju putih tanpa BH dan CD. Kita berdua duduk di sofa sambil kaki kita diletakkan di atas meja. Kulihat suamiku mulai terangsang, dia mulai memegang lututku lalu meraba naik ke pahaku yang mulus, putih dan seksi. Buah dadaku yang masih montok dengan putingnya yang masih kecil dan merah diraihnya dan diremasnya dengan mesra, sambil menciumiku dengan lembut, perlahan-lahan suamiku membuka kancing bajuku satu persatu dan beberapa detik kemudian terbukalah semua pelapis tubuhku.

"Auh.." erangku, kuraba batang kemaluan suamiku lalu kumainkan dengan lidah, kukulum semuanya, semakin tegang dan besar. Dia pun lalu menjilat klitorisku dengan gemas, menggigit-gigit kecil hingga aku tambah terangsang dan penuh gairah, mungkin reaksi obat yang kuminum tadi. Liang kewanitaanku mulai basah, dan sudah tidak kuat aku menahannya. "Ach.. Mas masukin yuk.. cepat Mas.. udah pingin nich.." sambil mencari posisi yang tepat aku memasukkan batang kemaluannya pelan-pelan dan, "Blesss..", batang kemaluan suamiku masuk seakan membongkar liang surgaku. "Ach.. terus Mas.. aku kangen sekali..", dengan penuh gairah entah kenapa tiba-tiba aku seperti orang kesurupan, seperti kuda liar, mutar sana mutar sini. Begitu pula suamiku semakin cepat gesekannya. Kakiku diangkatnya ke atas dan dikangkangkan lebar-lebar.

Perasaanku aneh sekali, aku seakan-akan ingin sekali diperkosa beberapa orang, seakan-akan semua lubang yang aku punya ingin sekali dimasuki batang kemaluan orang lain. Seperti orang gila, goyang sana, goyang sini sambil membayangkan macam-macam. Ini berlangsung lama sekali dan kita bertahan seakan-akan tidak bisa keluar air mani. Sampai perih tapi asik sekali. Sampai akhirnya aku keluar terlebih dahulu, "Ach.. Mas aku keluar ya... udah nggak tahan nich.. aduh.. aduh.. adu..h.. keluar tiga kali Mas",, desahku mesra. "Aku juga ya.. ntar kamu agak pelan goyangnya.. ach.. aduh.. keluar nich.." Mani kental yang hangat banyak sekali masuk ke dalam liang kenikmatanku. Dan kini kita berada dalam posisi terbalik, aku yang di atas tapi masih bersatu dalam dekapan.

Kucabut liang kewanitaanku dari batang kemaluan suamiku terus kuoles-oleskan di mulut suamiku, dan suamiku menyedot semua mani yang ada di liang kewanitaanku sampai tetes terakhir. Kemudian kita saling berpelukan dan lemas, tanpa disadari suamiku tidur tengkurap di karpet ruang tamu tanpa busana apapun, aku pun juga terlelap di atas sofa panjang dengan kaki telentang, bahkan film porno pun lupa dimatikan tapi semuanya terkunci sepertinya aman.

Ketika subuh aku terbangun dan kaget, posisiku bugil tanpa sehelai benang pun tetapi aku telah pindah di kamar dalam, tetapi suamiku masih di ruang tamu. Akhirnya perlahan-lahan kupakai celana pendek dan kubangunkan suamiku. Akhirnya kami mandi berdua di kamar mandi dalam. Jam delapan pagi saya buatkan sarapan dan makan pagi bersama, ngobrol sebentar tentang permainan seks yang telah kami lakukan tadi malam. Tapi aku tidak bertanya tentang kepindahan posisi tidurku di dalam kamar, tapi aku masih bertanya-tanya kenapa kok aku bisa pindah ke dalam sendirian.

Sesudah itu suamiku mengajakku mengulangi permaina seks seperti semalam, mungkin pengaruh obatnya belum juga hilang. Aku pun disuruhnya minum lagi tapi aku cuma mau minum satu kapsul saja. Belum juga terasa obat yang kuminum, tiba-tiba teman suamiku datang menghampiri karena ada tugas mendadak ke luar kota yang tidak bisa ditunda. Yah.. dengan terpaksa suamiku pergi lagi dengan sebuah pesan kalau obatnya sudah bereaksi kamu harus tidur, dan aku pun menjawabnya dengan ramah dan dengan perasaan sayang. Maka pergilah suamiku dengan perasaan puas setelah bercinta semalaman.

Dengan daster putih aku kembali membenahi ruang makan, dapur dan kamar-kamar kost aku bersihkan. Tapi kaget sekali waktu membersihkan kamar terakhir kost-ku yang bersebelahan dengan kamar tidurku, ternyata si bule itu tidur pulas tanpa busana sedikit pun sehingga kelihatan sekali batang kemaluan si bule yang sebesar tanganku. Tapi aku harus mengambil sprei dan sarung bantal yang tergeletak kotor yang akan kucuci.

Dengan sangat perlahan aku mengambil cucian di dekat si bule sambil melihat batang kemaluan yang belum pernah kulihat secara dekat. Ternyata benar seperti di film-film porno bahwa batang kemaluan bule memang besar dan panjang. Sambil menelan ludah karena sangatlah keheranan, aku mengambil cucian itu.

Tiba-tiba si bule itu bangun dan terkejut seketika ketika melihat aku ada di kamarnya. Langsung aku seakan-akan tidak tahu harus berkata apa.
"Maaf tuan saya mau mengambil cucian yang kotor", kataku dengan sedikit gugup.
"Suamimu sudah berangkat lagi?" jawabnya dengan pelan dan pasti. Dengan pertanyaan seperti itu aku sangat kaget. Dan kujawab, "Kenapa?".
Sambil mengambil bantal yang ditutupkan di bagian vitalnya, si bule itu berkata, "Sebelumnya aku minta maaf karena tadi malam aku sangat lancang. Aku datang jam dua malam, aku lihat suamimu tidur telanjang di karpet ruang tamu, dan kamu pun tidur telanjang di sofa ruang tamu, dengan sangat penuh nafsu aku telah melihat liang kewanitaanmu yang kecil dan merah muda, maka aku langsung memindahkan kamu ke kamar, tapi tiba-tiba timbul gairahku untuk mencoba kamu. Mula-mula aku hanya menjilati liang kewanitaanmu yang penuh sperma kering dengan bau khas sperma lelaki. Akhirnya batang kemaluanku terasa tegang sekali dan nafsuku memuncak, maka dengan beraninya aku meniduri kamu."

Dengan rasa kaget aku mau marah tapi memang posisi yang salah memang diriku sendiri, dan kini terjawablah sudah pertanyaan dalam benakku kenapa aku bisa pindah ke ruang kamar tidurku dan kenapa liang kewanitaanku terasa agak sakit
"Trus saya.. kamu apain", tanyaku dengan sedikit penasaran
"Kutidurin kamu dengan penuh nafsu, sampai mani yang keluar pertama kutumpahkan di perut kamu, dan kutancapkan lagi batanganku ke liang kewanitaanmu sampai kira-kira setengah jam keluar lagi dan kukeluarkan di dalam liang kewanitaanmu", jawab si bule.
"Oic.. bahaya nich, ntar kalo hamil gimana nich", tanyaku cemas.
"Ya.. nggak pa-pa dong", jawab si bule sambil menggandengku, mendekapku dan menciumku.

Kemudian dipeluknya tubuhku dalam pangkuannya sehingga sangat terasa batang kemaluannya yang besar menempel di liang kewanitaanku. "Ach.. jangan dong.. aku masih capek semalaman", kataku tapi tetap saja dia meneruskan niatnya, aku ditidurkan di pinggir kasurnya dan diangkat kakiku hingga terlihat liang kewanitaanku yang mungil, dan dia pun mulai manjilati liang kewanitaanku dengan penuh gairah. Aku pun sudah mulai bernafsu karena pengaruh obat yang telah aku minum sewaktu ada suamiku.

"Auh.. Jhon.. good.. teruskan Jhon.. auh". Satu buah jari terasa dimasukkan dan diputar-putar, keluar masuk, goyang kanan goyang kiri, terus jadi dua jari yang masuk, ditarik, didorong di liang kewanitaanku. Akhirnya basah juga aku, karena masih penasaran Jhon memasukkan tiga jari ke liang kewanitaanku sedangkan jari-jari tangan kirinya membantu membuka bibir surgaku. Dengan nafsunya jari ke empatnya dimasukkan pula, aku mengeliat enak. Diputar-putar hingga bibir kewanitaanku menjadi lebar dan licin. Nafsuku memuncak sewaktu jari terakhir dimasukkan pula.

"Aduh.. sakit Jhon.. jangan Jhon.. ntar sobek.. Jhon.. jangan Jhon", desahku sambil mengeliat dan menolak perbuatannya, aku berusaha berdiri tapi tidak bisa karena tangan kirinya memegangi kaki kiriku. Dan akhirnya, "Blesss.." masuk semua satu telapak tangan kanan Jhon ke dalam liang kewanitaanku, aku menjerit keras tapi Jhon tidak memperdulikan jeritanku, tangan kirinya meremas payudaraku yang montok hingga rasa sakitnya hilang. Akhirnya si bule itu tambah menggila, didorong, tarik, digoyang kanan kiri dengan jari-jarinya menggelitik daging-daging di dalamnya, dia memutar posisi jadi enam sembilan, dia menyumbat mulutku dengan batang kemaluannya hingga aku mendapatkan kenikmatan yang selama ini sangat kuharapkan.

"Auch.. Jhon punyamu terlalu panjang hingga masuk di tenggorokanku.. pelan-pelan aja", ucapku tapi dia masih bernafsu. Tangannya masih memainkan liang kewanitaanku, jari-jarinya mengelitik di dalamnya hingga rasanya geli, enak dan agak sakit karena bulu-bulu tangannya menggesek-gesek bibir kewanitaanku yang lembut. Ini berlangsung lama sampai akhirnya aku keluar.
"Jhon.. aku nggak tahan.. auch.. aouh.. aku keluar Jhon auch, aug.. keluar lagi Jhon.." desahku nikmat menahan orgasme yang kurasakan.
"Aku juga mau keluar.. auh.." balasnya sambil mendesah.

Kemudian tangannya ditarik dari dalam liang kewanitaanku dan dia memutar berdiri di tepi kasur dan menarik kepalaku untuk mengulum kemaluannya yang besar. Dengan sangat kaget dan merasa takut, kulihat di depan pintu kamar ternyata suamiku datang lagi, sepertinya suamiku tidak jadi pergi dan melihat peristiwa itu. Aku tidak bisa berbuat apa-apa, kupikir sudah ketahuan, telanjur basah, aku takut kalau aku berhenti lalu si bule tahu dan akhirnya bertengkar, tapi aku pura-pura tidak ada sesuatu hal pun, si bule tetap kukulum sambil melirik suamiku, takut kalau dia marah.

Tapi ternyata malah suamiku melepas celana dan mendekati kami berdua yang sudah tengang sekali, mungkin sudah menyaksikan kejadian ini sejak tadi. Dan akhirnya si bule kaget sekali, wajahnya pucat dan kelihatan grogi, lalu melepas alat vitalnya dari mulutku dan agak mudur sedikit. Tapi suamiku berkata, "Terusin aja nggak pa-pa kok, aku sayang sama istriku.. kalau istriku suka begini.. ya terpaksa aku juga suka.. ayo kita main bareng". Akhirnya semua pada tersenyum merdeka, dan tanpa rasa takut sedikit pun akhirnya si bule disuruh tidur telentang, aku tidur di atas tubuh si bule, dan suamiku memasukkan alat vitalnya di anusku, yang sama sekali belum pernah kulakukan. Dengan penuh nafsu suamiku langsung memasukkan batang kemaluannya ke dalam anusku. Karena kesulitan akhirnya dia menarik sedikit tubuhku hingga batang kemaluan si bule yang sudah masuk ke liang kewanitaanku terlepas, suamiku buru-buru memasukkan batang kemaluannya ke liang kewanitaanku yang sudah basah, di goyang beberapa kali akhirnya ikut basah, dan dicopot lagi dan dimasukkan ke anusku dan.. "Blesss..", batang kemaluan suamiku menembus mulus anusku. "Aduh.. pelan-palan Mas..", seruku.

Kira-kira hampir setengah jam posisi seperti ini berlangsung dan akhirnya suamiku keluar duluan, duburku terasa hangat kena cairan mani suamiku, dia menggerang keenakan sambil tergeletak melihatku masih menempel ketat di atas tubuh si bule. Akhirnya si bule pun pindah atas dan memompaku lebih cepat dan aku pun mengerang keenakan dan sedikit sakit karena mentok, kupegang batang kemaluan si bule yang keluar masuk liang kewanitaanku, ternyata masih ada sisa sedikit yang tidak dapat masuk ke liang senggamaku. Suamiku pun ikut tercengang melihat batang kemaluan si bule yang besar, merah dan panjang. Aku pun terus mengerang keasyikan, "Auh.. auh.. terus Jhon.. auh, keluarin ya Jhon.."

Akhirnya si bule pun keluar, "Auch.. keluar nich.." ucapnya sambil menarik batang kemaluannya dari liang kewanitaanku dan dimasukkan ke mulutku dan menyembur juga lahar kental yang panas, kutelan sedikit demi sedikit mani asin orang bule. Suamiku pun ikut menciumku dengan sedikit menjilat mani orang asing itu. Kedua lelaki itu akhirnya tersenyum kecil lalu pergi mandi dan tidur siang dengan puas. Sesudah itu aku menceritakan peristiwa awalnya dan minta maaf, sekaligus minta ijin bila suatu saat aku ingin sekali bersetubuh dengan si bule boleh atau tidak. "Kalau kamu mau dan senang, ya nggak apa-apa asal kamu jangan sampai disakiti olehnya". Sejak saat itupun bila aku ditinggal suamiku, aku tidak pernah merasa kesepian. Dan selalu dikerjain oleh si bule.

My Headlines

 
cerita seks. Design by Pocket